SERAYUNEWS – Media sosial sudah menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Tak dapat dipungkiri bahwa sosial media telah terintegrasi dengan kuat ke dalam kehidupan, tanpa terkecuali bagi masyarakat Indonesia baik itu anak-anak, remaja, orang dewasa hingga yang sudah lanjut usia.
Dengan sosial media, setiap orang dapat menggunakan ponsel mereka untuk mencari informasi sekaligus tetap terhubung dengan orang lain secara mudah.
Namun dibalik itu semua, sosial media jika tidak digunakan dengan bijak dapat memberikan efek negatif bagi kesehatan termasuk kesehatan mental mulai dari rasa cemas, kurang percaya diri ataukah membanding-bandingkan diri dengan pencapaian orang lain yang ujung-ujungnya bisa menimbulkan depresi.
Simak ulasan di bawah ini terkait dampak jika bermain media sosial terlalu sering.
Tidur yang cukup dan berkualitas berkaitan erat dengan kesehatan tubuh dan mental secara keseluruhan. Namun tidak jarang kita temui banyak orang yang berselancar di media sosial sebelum tidurdan ini adalah kebiasaan yang buruk, karena dengan begitu otak akan merasa segar sehingga manusia lupa akan waktu tidurnya. Hal tersebut disebabkan karena cahaya layar gadget mampu meniru sifat alami matahari yang memberi sinyal pada tubuh bahwa keadaan masih pagi.
Selain itu, cahaya gadget pun dapat mengganggu produksi hormon melatonin yang berfungsi untuk menimbulkan rasa kantuk.
Pengguna media sosial dapat menyebabkan hiangnya rasa percaya diri. Bagaimana ini bisa terjadi ? Di media sosial, Ketika teman Anda mengunggah foto tentang kehidupan mewahnya, bukan tidak mungkin Anda akan merasa insecure atau tidak percaya diri hal ini mungkin dapat menyebabkan seseorang cenderung membandingkan hidupnya dengan orang lain yang mana hal tersebut dapat menimbulkan keraguan pada diri sendiri, rasa tidak berharga serta iri hati yang ujung-ujungnya akan membuat Anda depresi dan mengalami gangguan mental.
Awalnya, kita membuka media sosial hanya untuk mengisi waktu luang, mengatasi kebosanan dsb. Namun seiring dengan semakin seringnya kita membuka media sosial hal ini akan menimbulkan rasa ketagihan bahkan merasa kurang atau bahkan merasa cemas jika tidak membuka media sosial dalam seharinya.
Media sosial dapat memberi kesempatan kepada individu untuk memulai atau menyebarkan desas-desus berbahaya dan menggunakan kata-kata kasar yang dapat meninggalkan luka emosional yang bertahan lama bagi orang lain.
Scrolling media sosial terus-menerus juga dapat menciptakan perbandingan-perbandingan yang tidak sehat. Misalnya adalah Anda membandingkan barang-barang yang dimiliki dan tidak dimiliki dengan kepunyaan orang lain.
Padahal, apa yang orang lain unggah di media sosial belum tentu sama indahnya dengan kenyataan. Sama seperti Anda, orang lain juga pasti memiliki masalah dan kesulitan masing-masing yang mungkin sama atau lebih buruk daripada yang Anda hadapi. Hanya saja, hal tersebut tidak ditampilkan di media sosial.
Jika Anda terpengaruh dengan dampak negatif media sosial yang satu ini, hal ini dapat menganggu kesehatan mental dan meningkatkan kecemburuan sosial.
Dampak negatif media sosial selanjutnya adalah FOMO atau fear of missing out. Kondisi ini ditandai dengan kecemasan atau ketakutan berlebih akan ketinggalan hal-hal tertentu.
FOMO mengacu pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal-hal yang lebih baik daripada Anda. Kondisi ini kemudian memicu kecemasan dan penggunaan media sosial yang berlebihan.
Tak jarang, orang yang menderita FOMO juga akan memeriksa media sosial setiap saat, terutama ketika muncul notifikasi, demi mengetahui informasi atau tren yang sedang happening.
***