SERAYUNEWS-Perayaan Waisak 2567 Buddhist Era (BE) yang diselenggarakan di kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang berlangsung khusyuk sekaligus meriah. Selain dihadiri umat Buddha di Indonesia, perayaan Waisak di Candi Borobudur juga diikuti Biksu dari berbagai negara.
Hal itu, juga tidak lepas dari peran pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mewujudkan Candi Borobudur sebagai pusat peribadatan umat Buddha seluruh dunia. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo turun tangan menjadi mandor dalam penataan kawasan Candi Borobudur.
Beberapa proyek terkait dengan penataan kawasan Candi Borobudur mendapat perhatian dari Ganjar. Penataan kawasan Borobudur tidak hanya fisik semata, tetapi juga meliputi event, sport tourism, seni, budaya, balkondes, hingga partisipasi masyarakat.
Di antaranya proyek pengolahan sampah di Desa Tuksongo, pembangunan community center di Desa Kembanglimus, pembangunan Gerbang Palbapang, dan pengembangan desa akses budaya Mendut-Pawon, di Desa Bojong, Magelang.
Wakil Ketua Waisak 2023 Bante Dhammavuddho mengatakan, penataan kawasan Borobudur tidak hanya memanjakan umat Buddha yang hendak beribadah. Keberhasilan penataan kawasan Borobudur juga berhasil menyedot pelancong dari berbagai negara.
“Harmonisasi dan toleransi ini berkembang di sini lebih baik lagi. Selain punya infrastruktur baik, turis akan merasa feel like home kalau misalnya kenal dengan orang, smiling, mau menyapa. Ini adalah magnet tersendiri,” ujarnya, seusai melakukan ritual di Candi Mendut, Sabtu (3/6/2023).
Ia pun menyebut, banyak umat Buddha yang antusias ikut menjalani perayaan Waisak tahun ini. Perayaan Waisak pada tahun ini berlangsung secara khidmat, berkat dukungan infrastruktur yang lebih baik.
“Sudah lebih bagus dari tahun-tahun sebelumnya. Kalau dulu lebih crowded. Sekarang sudah ada jalur yang lebih bagus, penataan yang baik dan mungkin infrastruktur seperti pagar dan sebagainya lebih rapi,” paparnya.
Ia mengaku, Waisak 2023 menjadi istimewa dengan kedatangan 32 Bhikkhu yang melakukan ritual thudong atau perjalanan religi dari Thailand ke Borobudur yang berlokasi di Magelang, Jawa Tengah. Menurut Dhammavuddho, antusiasme warga menyambut para Bhikku, menjadi penyemangan untuk menyelesaikan ritual thudong.
Ia menyebut, puluhan Bikkhu tersebut menempuh jarak 2.600 kilometer. Di Jawa Tengah mereka juga mendapat sambutan dari warga, di sepanjang jalan yang mereka lewati. Bahkan, dukungan juga diberikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
“Awalnya mereka tidak kenal, tapi begitu dikenalkan mereka merasa bahagia. Karena, sampai tingkatan gubernur itu, dengan rendah hati. Malah ketemu pas istirahat, tidak ada janjian. Pak Ganjar merakyat dan mereka terkesan,” imbuhnya.
Seorang Bhikkhu Thudong, Banthe Kantadammo mengaku terkesan dengan antusiasme masyarakat di Indonesia. Hal itu ia rasakan, terutama saat berada di Ambarawa dan Magelang.
“Ambarawa dan Magelang sangat luar biasa. Di Ambarawa kata kepala polisi yang ramai itu pas tahun baru dan Imlek. Tapi kemarin, pas ada perjalanan thudong sambutannya luar biasa,” ucap Bante Kantadammo yang biasa dipanggil Bante Wawan itu
Pria kelahiran Cirebon yang telah enam tahun belajar di Thailand itu mengaku biasa melakukan ritual thudong. Namun, sambutan yang dilakukan di Indonesia begitu luar biasa besar.
Diceritakannya, perjalanan dilakukan pada 23 Maret 2023. Melintasi negeri Jiran pada bulan puasa, sambutan tidak mereka rasakan. Namun sesampainya di Bekasi dan Karawang, mereka mendapatan banyak sambutan dari warga.
“Inilah wajah-wajah Indonesia lama, yang murah senyum, ramah tamah menerima siapapun juga tanpa melihat ras maupun aliran. Inilah wajah Indonesia yang pernah hilang sekarang muncul,” paparnya.
Setibanya di Borobudur, ia dan puluhan Bhikkhu Thudong kemudian melakukan ritual tersendiri.
“Pada waktu masuk ke Borobudur, kami punya ritual tersendiri untuk umat Buddha. Kita menghayati dan Bhikkhu yang melakukan perjalanan tudhong mereka keluarkan semua perasaan sampai menangis,” urainya.
Terakhir, ia berharap agar semua pihak menjaga wajah Indonesia seperti sekarang. Sebagai negara yang tidak memandang suku, ras, dan agama.
“Maka kiranya, dengan menjaga Indonesia damai, maka akan banyak turis yang datang ke Indonesia,” pungkas Bante Kantadammo.