SERAYUNEWS- Umat kristiani akan menggelar Ibadah Kenaikan Yesus Kristus pada 29 Mei 2025. Salah satu tema yang bisa diangkat dalam khotbah, “Yesus Memanggil Setiap Orang Bersaksi dan Beraksi.”
Perayaan ini tidak hanya menjadi refleksi iman akan kepergian Yesus ke surga, tetapi juga menjadi momen peneguhan bagi jemaat untuk hidup dalam kesaksian dan aksi nyata.
Kenaikan Yesus Kristus ke surga merupakan peristiwa penting dalam sejarah keselamatan umat manusia.
Diceritakan dalam Kisah Para Rasul 1:1-11, Yesus naik ke surga setelah 40 hari menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sejak kebangkitan-Nya.
Namun, peristiwa ini bukan akhir dari karya keselamatan-Nya, melainkan awal dari perutusan para murid untuk menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi.
Melansir tema liturgis GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan) di laman resminya, tahun ini mereka mengangkat “Generasi GKJW Bersaksi dan Beraksi.”
Dengan tema ini umat diajak tidak hanya merenungkan kepergian Yesus, tetapi juga meneladani semangat pewartaan dan pelayanan para murid.
Khotbah kali ini menekankan bahwa panggilan menjadi saksi Kristus bukan hanya milik para rasul, tetapi juga semua generasi.
Pendahuluan
Penulis buku Personality Plus, Florence Littauer dalam sebuah seminar yang diadakannya tampil di panggung bersama 26 penulis lain.
26 penulis lain adalah para penulis yang kesemuanya ia bantu dalam proses penulisan buku mereka masing-masing. Ia berdiri dan mengatakan kepada para pengunjung disana, “Jika Anda mengira saya sangat bangga pada buku-buku saya, Anda keliru. Saya paling bangga pada orang-orang ini, yang telah saya bantu untuk menjadi penulis.”
Florence adalah penulis yang tidak mendefinisikan keberhasilannya dengan banyaknya buku yang ia terbitkan, tetapi banyaknya orang-orang yang dapat belajar melaluinya, melanjutkan perjuangannya dan melalui tulisan dan karya-karyanya, ia dapat menolong orang lain untuk melakukan yang baik.
Isi
Tuhan Yesus juga menyadari tidak akan selamanya Ia di tengah para murid. Oleh karena itu, selama mengerjakan karya-Nya di dunia, Ia selalu melibatkan dan bekerja bersama banyak orang. Ia juga tidak pernah bekerja seorang diri.
Ia memanggil 12 murid-Nya, memberdayakan mereka dan mendorong mereka untuk bekerja bersama dan meneruskan perjuangan-Nya untuk mewartakan kabar baik. Mereka adalah orang dengan ragam latar belakang.
Petrus dan Andreas adalah keluarga nelayan, Yohanes dan Yakobus adalah anak dari nelayan, Yakobus dan Matius yang adalah pemungut cukai.
Selain 12 murid yang dipilih Yesus sejak awal, tentunya kita tahu bahwa dalam perjalanan pelayanan Yesus, kita diperkenalkan pada murid lain, misalnya para perempuan (seperti: Maria, Martha, perempuan Samaria), anak (pembawa 5 roti dan 2 ikan) dan lansia.
Dikisahkan, para murid turut menyembuhkan orang sakit, mengusir setan demi nama-Nya, mewartakan keselamatan-Nya dan berbagi. Setelah hidup dan berkarya sekian lama bersama sang Guru, tiba waktunya para murid yang terlibat, menyiapkan diri melanjutkan karya Tuhan di dunia.
Penugasan ini sudah dinyatakan dan dipersiapkan jauh sebelumnya, yaitu ketika Yesus berada di tengah-tengah mereka. Selama para murid hidup bersama-Nya, mereka mencercap pemikiran, ajaran dan pilihan sikap-Nya.
Bagaimana Yesus berhadapan dengan anak-anak, perempuan berdosa, bahkan ketika Ia ditolak, diadili dan mengalami ketidakadilan. Para murid belajar dan meneladani ajaran, sikap-Nya dan menjadikannya sebagai nilai-nilai hidup yang mewarnai pikiran, perkataan, dan sikap mereka dalam keseharian.
Selanjutnya, mereka tersebar diragam tempat dan konteks mewartakan keselamatan Yesus Kristus.
Dan melalui perjumpaan terakhir dengan para murid inilah, Ia meneguhkan dan membekali mereka untuk menyambut panggilan menjadi saksi-Nya. Apakah yang dilakukan Tuhan Yesus supaya para murid semakin mengerti tugas-Nya?
Berakar pada Firman Tuhan
Ia menghubungkan apa yang dilakukan-Nya sebagai bagian penggenapan kitab suci. Kitab Suci selalu dilihat sebagai akar sejarah iman yang membimbing perjalanan masa kini, bahkan menjadi sarana untuk meneguhkan pengharapan di masa depan.
Melalui pendekatan ini, para murid sedang memaknai sejarah imannya, mencari relasinya di masa kini untuk menyambut tugas perutusan di masa datang. Para murid menjadi tahu latar belakang melakukan ini, yaitu penggenapan nubuatan yang terjadi menurut rencana Allah.
Para murid juga kembali mendapatkan penegasan bahwa Yesus adalah Mesias yang ditulis dalam kitab Taurat Musa dan kitab Nabi – nabi, tetapi yang menderita mati, disalibkan dan bangkit di antara orang mati.
Dan semuannya dilakukan dalam rangka penyelamatan umat manusia. Besarnya anugerah Allah dan penyelamatan itulah yang mendorong para murid untuk pergi, memberitakan pertobatan dan pengampunan dosa bagi umat manusia, di mulai dari Yerusalem.
Roh Kudus, Sang Penolong
Berakar dari Firman Tuhan, ternyata tidak cukup. Tantangan berupa penolakan dan penganiayaan seringkali membuat para murid berputus asa untuk melanjutkan tugas dan panggilan ini, seperti halnya, Tuhan Yesus yang mengalami penolakan ketika mewartakan Kerajaan Allah.
Oleh karena itu, Ia tidak akan meninggalkan para murid seorang diri, tetapi Ia akan mengirimkan kuasa yang memperlengkapi mereka untuk memberitakan pertobatan dan tawaran keselamatan bagi dunia.
Kuasa yang tertulis di ayat 49 sama dengan kuasa untuk para murid yang tertulis pada Kisah Para Rasul 1:8 (karena memiliki akar kata yang sama). Kuasa roh yang dalam bahasa Yunani (δυναμισ : dunamis) bukan sekedar kekuatan atau kemampuan, tetapi kuasa yang berkuasa dan bertindak (bersifat aktif) termasuk kuasa untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang sakit.
Kuasa itu akan menguatkan mereka dan menjadikan mereka berani, karena kuasa itu bersifat aktif dan menggerakkan. Roh kudus ini menjadi bekal, kekuatan bagi mereka untuk menjalankan panggilan karena tugas ini bukanlah tugas biasa.
Tidak cukup para murid hanya pandai berkata-kata atau memiliki kompetensi dan potensi semata. Tetapi mereka haruslah orang yang dipimpin Roh Kudus dan karakter Kristus. Mereka tidak sendiri.
Berkat
Mereka menerima berkat. Berkat dari Tuhan Yesus inilah yang menjadi penguatan, memberi kepercayaaan diri para murid sebagai pemberita Injil (kabar baik).
Berkat itu meneguhkan, menguatkan, menopang mereka di tengah situasi tidak tentu dan tidak pasti sekalipun. Berkat itu menjadi penanda penyertaan Allah.
Dan karena itu, disebutkan mereka pulang dengan bersukacita. Mereka tetap setia berada di Bait Allah dan memuliakan Tuhan.
Generasi GKJW Bersaksi dan Beraksi
Siapa murid Yesus yang diutus dan dipanggil untuk mewartakan kabar baik hari ini? Panggilan Yesus diperluas pada siapapun saja yang telah disapa dan percaya pada apa yang diajarkan-Nya, serta melakukan kehendak-Nya.
Jika demikian, sapaan ini ditujukan bagi para murid baik perempuan, laki laki, anak dan lansia yang masing-masing memaknai peristiwa kenaikan dan tugas yang dipercayakan kepada mereka, meski dengan perspektif dan cara pandang yang berbeda. Keragaman inilah yang kemudian memperkaya cara bersaksi.
Para murid lintas generasi juga pasti beragam ketika mengekspresikan panggilannya, misalnya untuk Generasi Z dan Generasi Alpha (1995-2025), sebagai digital native, mereka adalah kaum muda yang kreatif, visual, hidup dalam media sosial dan menglobal.
Mereka adalah saksi-saksi yang belajar melalui partisipasi, interaksi, pengalaman untuk melayani masyarakat. Mungkin berbeda dengan Generasi Baby Boomers dan Y (1944-1940) yang menyukai berkisah melalui tulisan dan lisan.
Keduanya tampak sangat berbeda, tetapi ketika dilakukan dengan berakar pada Kitab Suci, dalam pimpinan Roh Kudus dan berkat Allah, kesemua cara dapat menjangkau semua generasi tanpa terkecuali.
Roh Kudus yang memampukan masing-masing untuk berkarya sesuai dengan kompetensi serta gaya pewartaan yang dipilih. Roh Kudus berkarya di tengah persekutuan dimana bukan hanya kelompok dewasa yang mendominasi, tetapi semua generasi bahkan melalui keunikannya mendapat ruang mengekspresikan imannya dengan kekhasannya masing-masing.
Terlibat membahasakan dan bertutur tentang kasih Allah dalam hidupnya. Dalam semangat intergenerasi bahkan inklusi, persekutuan dibangun secara setara, sepakat dan mendapat tempat.
Seperti halnya, harapan Paulus bagi orang percaya di Efesus supaya memiliki perubahan di dalam kehidupannya.
Memohonkan supaya mereka senantiasa berkumpul, berkomunitas dan menjadi jemaat-jemaat yang disebut sebagai persekutuan orang-orang percaya yang mendapatkan hikmat dan wahyu.
Kemudian terus dapat mengenal Kristus dengan benar, berakar pada Kitab Suci, dipimpin oleh Roh Kudus dan mendapatkan berkat dipanggil keluar untuk bersaksi dan beraksi membagikan kasih kepada sesamanya sebagai saksi Kristus.
Dalam suasana persekutuan seperti inilah, setiap murid semakin diteguhkan untuk menyatakan kasih bagi sesama.
Penutup
Demikian kita sebagai saksi-saksi Kristus di era dan konteks kita hari ini. Tuhan memberi ruang bagi kita mengekpresikan iman kita sebagai jalan kesaksian.
Hadir dan terlibat di tengah masyarakat dan jemaat untuk merespon, menyapa sesama dan semesta dengan kabar baik dan harapan yang bersumber dari Allah. Maka, seberapapun usia, jalan spiritualitas kita, kita dipanggil untuk turut menyaksikan dan mewartakan kabar baik sampai ke ujung bumi. Amin.
Catatan: Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing.
Semoga informasi tentang Khotbah Kenaikan Yesus Kristus dengan tema Yesus Memanggil Setiap Orang Bersaksi dan Beraksi bermanfaat.