Ini adalah cerita rakyat yang berkembang terkait daerah yang kini masuk wilaya Cipari, Cilacap. Di masa lalu, daerah itu adalah rawa baya karena memang daerah rawa.
Rawa ini nyaris mengelilingi Desa Gayamsari. Sehingga, orang yang keluar masuk Gayamsari melewati rawa tersebut. Walaupun ada juga jalan darat. Namun, sebagian orang memilih melewati rawa untuk keluar masuk Gayamsari.
Di tengah rawa itu ada Kedung Jero. Istilah ini mengacu pada daerah rawa yang memiliki kedalaman seperti palung. Daerah ini dikenal dengan keangkerannya.
Konon ceritanya, ada lelaki bernama Kartanom. Dia ingin pergi ke saudaranya yang ada di Gayamsari. Niatnya adalah mengabarkan jika anaknya akan menikah. Dia kemudian memutuskan memilih melewati rawa.
Tentunya, banyak informasi soal keangkeran yang dia dapatkan. Kartanom kemudian menyiapkan sampan untuk melewati rawa. Sayangnya, ada sebuah peristiwa tak mengenakkan di awal dirinya akan melewati rawa.
Sampan yang dia naiki bocor. Sehingga, dia harus memperbaiki sampan terlebih dahulu. Lalu, Kartanom pun memperbaiki sampannya agar bisa dia gunakan.
Setelah memperbaiki beberapa hari, Kartanom kembali ingin melewati rawa. Semilir angin dan sepinya rawa memberi kesan yang menyeramkan. Apalagi, cerita soal daerah seram yang dikenal dengan Kedung Jero.
Namun, Kartanom memutuskan untuk terus melaju, demi memberi kabar baik pada saudaranya bahwa anaknya akan menikah. Nah, sampailah dia di tengah rawa, yang disebut Kedung Jero itu.
Kartanom kaget buat kepalang. Sebab, dia melihat beberapa buaya tengah bercanda di area Kedung Jero. Makin merindinglah Kartanom melihatnya.
Di tengah banyaknya buaya, muncul dua buaya putih. Buaya ini mendekati Kartanom. Situasi ini membuat Kartanom tak bisa apa-apa. Dia mematung melihat dua buaya putih mendekat.
Kemudian, buaya putih itu tiba-tiba menjelma menjadi sesosok lelaki dan perempuan. Keduanya, berbicara pada Kartanom. Intinya bahwa buaya-buaya tersebut juga ingin ketenangan. Artinya tak mau mengganggu manusia.
Namun, jika manusia mengganggu buaya, maka buaya-buaya di Kedung Jero itu akan melawan. Dua sosok itu pun bilang tak akan mencederai Kartanom dan meminta Kartanom menyampaikan kabar itu pada warga. Tujuannya agar manusia tak mengganggu buaya di Kedung Jero.
Setelahnya, sosok lelaki dan perempuan itu kembali menjadi buaya putih. Setelah kejadian itu, Kartanom tenang melewati Kedung Jero. Dia pun menyampaikan kabar soal pernikahan dan pesan agar tak mengganggu buaya.
Ini adalah cerita rakyat yang berkembang terkait daerah rawa baya. Daerah itu pun bernama Rawa Baya, mengacu pada banyaknya buaya. Namun, di masa kini, daerah rawa itu sudah berganti menjadi daratan. Namanya pun menjadi Dusun Sidadai, Desa Mulyadadi, Kecamatan Cipari, Kabupaten Cilacap.
Referensi:
Ery Agus Kurnianto, Suryo Handono, Tri Wahyuni, Umi Farida: Cerita Rakyat Jawa Tengah: Kabupaten Cilacap