Insiden kebakaran puluhan kapal di Cilacap menjadi pukulan bagi nelayan Cilacap dan sekitarnya. Soalnya, selain kehilangan mata pencarian, juga membutuhkan waktu minimal enam bulan untuk membangun kapal lagi, dan butuh biaya besar pula.
Cilacap, serayunews.com
Sarjono, seorang nelayan sekaligus pengusaha kapal asal Cilacap Jawa Tengah mengatakan, dia harus kembali membangun usahanya dari awal lagi. Sebab, sejumlah kapal miliknya dan nelayan lainnya juga ikut hangus ludes terbakar, pada insiden kebakaran kapal 3 Mei 2022 silam.
Bahkan, usai kejadian kebakaran kapal tersebut, ada sebanyak lebih dari 500 anak buah kapal (ABK) termasuk nakhoda yang kehilangan mata pencaharian dan menganggur. Untuk membangun kembali usaha kapalnya itu, membutuhkan waktu sekitar enam bulan.
“Jadi 554 ABK termasuk semua nakhoda juga nganggur, ini memakan waktu paling cepat enam bulan, paling lama satu tahun untuk membangun kapal lagi,” ujar Sarjono yang juga sebagai Ketua DPC himpunan nelayan seluruh Indonesia (HNSI) Cilacap.
Kendati demikian, sejumlah upaya juga dilakukan agar para nelayan yang terdampak bisa tetap beraktivitas untuk pemenuhan hidup sehari-hari. Yaitu dengan mengikutkan sebagian nelayan dan nahkoda ikut bekerja pada kapal yang tidak terbakar.
Meski jumlah kapalnya terbatas, namun paling tidak bisa mengurangi jumlah pengangguran, terutama nelayan yang terdampak kebakaran tersebut.
Pasca kejadian tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono berkunjung ke lokasi kapal terbakar. Pada kesempatan itu, Menteri menjanjikan pinjaman lunak sebesar Rp162 miliar untuk membangun kembali usaha kapal. Selain itu, Menteri juga membagikan bantuan sembako kepada nelayan terdampak.
Adanya bantuan lunak ini bisa menjadi angin segar pengusaha kapal untuk membangun kapalnya lagi, namun mereka berharap tidak ada jaminan karena baru akan memulai usaha dari awal lagi.
Menurutnya, untuk membangun kapal baru lengkap perbekalan melaut untuk jenis kapal longline, paling tidak membutuhkan anggaran sekitar Rp3 miliar dengan jangka waktu pembutan minimal enam bulan.
Sarjono menambahkan, peristiwa kebakaran kapal yang terjadi pada momen Lebaran Idulfitri 1443 H itu, ABK dan Nakhoda sedang pulang merayakan hari raya tersebut, dan hanya ada sebagian anggota yang sedang piket jaga.
Insiden kebakaran itu juga berlangsung cepat, kobaran api menjalar dengan cepat dari satu kapal ke kapal yang lain. Bahkan dari data Sarjono mengatakan, ada sebanyak 54 kapal yang terbakar. Perinciannya, 52 kapal nelayan, 1 kapal wisata dan 1 kapal tugboat.
Adapun jumlah kerugian dari kebakaran kapal tersebut sekitar Rp162 miliar. Pihak Direskrim Polda Jateng dan Polres Cilacap sudah menganganin kasus kebakaran ini.