SERAYUNEWS – Meski dikenal sebagai kota dawet ayu, Banjarnegara ternyata memiliki sejarah perjuangan yang penuh dengan kisah-kisah heroik di masa lampau.
Hal itu diungkapkan oleh mantan Wakil Bupati Banjarnegara Syamsudin dalam acara Seminar Banjarnegara Lintas Sejarah yang digelar oleh Badan Kesabanglinmas dalam rangka Hari Jadi Banjarnegara ke 454, Rabu (19/2/2025).
Syamsudin yang juga mantan Sekretaris Daerah Banjarnegara mengatakan, secara detail, dua peristiwa perjuangan fisik yang menunjukkan kegigihan para pejuang masa kemerdekaan.
“Di hadapan kita ada Mbah Mulyati, yang pada saat perang kemerdekaan masih ada di dalam kandungan ibunya. Bapak beliau Sanpardi adalah aktor utama peledakan bom tarik di Desa Danaraja, Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara. Satu truk berisi pasukan Belanda hancur lebur dengan kematian salah satu overste dan 9 tentara lainnya,” kata Syamsudin
Sementara itu, masih mengenang saat ibunya ditangkap dan diinterogasi oleh pasukan Belanda paska peledakan bom itu. Saat itu ibunya rela berbohong demi menutupi rahasia tentang Sanpardi.
“Biyunge kulo mboten purun ngaku bojone Sanpardi. Ngakune meteng hasil ngembret. Kulo lair teng tahanan Klampok. (Ibu saya tidak mau mengaku istri Sanpardi. Mengaku hamil hasil melacur. Saya lahir di tahanan Belanda di Klampok),” kata Mulyati.
Dalam kegiatan itu, Mulyati diberi kenang-kenang oleh Pemkab Banjarnegara yang diwakili oleh Asisten Kesra Silas Satriana mewakili Sekda Indarto yang berhalangan hadir.
Ketua Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Jawa Tengah Banjarnegara Heni Purwono menambahkan jika jiwa nasionalisme dan patriotisme juga menjadi salah satu dasar dirinya mendorong perubahan Hari Jadi Banjarnegara sepuluh tahun lalu.
“Tahun 2015 setelah saya mulai bergaul dengan Prof Sugeng Priyadi dan mendalami sejarah Banyumas mulai merasa aneh dengan hari jadi 22 Agustus 1831. Hanya selang beberapa hari setelah hingar bingar peringatan kemerdekaan RI, tapi setelah itu seakan merayakan kekalahan Pangeran Diponegoro dan berkuasanya secara resmi Belanda di Banyumas Raya,” katanya.
Untuk itu, setelah dikaji dalam Pansus DPRD, tambah Heni, akhirnya diputuskan pada tahun 2019 keluar Perda Hari Jadi Banjarnegara baru tanggal 26 Februari 1571 yang merupakan tanggal dimana Jaka Kaiman yang diangkat menjadi Bupati Wirasaba oleh raja Pajang Sultan Hadiwijaya membagi Wirasaba menjadi empat kadipaten, salah satunya Banjarpetambakan.
“Heroisme di Banjarnegara bahkan sudah ada jauh sebelum Perang Diponegoro, yaitu kematian Mangunyudha Seda Loji melawan VOC di Kartosuro di tahun 1740 an,” ujar Heni yang juga Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Banjarnegara.
Asisten Kesra Silas Satriana berharap kegiatan seminar ini dapat menggali informasi perjuangan seluas luasnya dan meneladani semangat perjuangan dan rela berkorban.
“Jangka panjang harapannya ada hasil nyata berupa buku dan konten digital yang digemari generasi muda Banjarnegara agar mereka memahami dan meneladani perjuangan para pahlawan,” katanya.
Wakil Ketua DPRD Agus Junaidi juga mengungkapkan pentingnya penanaman nilai kejuangan terhadap generasi mendatang.
“Kami akan berusaha untuk mewujudkan dukungan itu dengan keberpihakan anggaran,” janji politisi asal Punggelan itu.