SERAYUNEWS— Kritik untuk Jokowi kembali bergulir. Pengamat politik LIPI Ikrar Nusa Bhakti mengingatkan bahwa peristiwa 98 bisa saja terjadi lagi walau situasi politik saat ini belum menunjukkan ke arah sana.
“Kalau gerakan seperti itu (aksi 98) belum sampai ke sana, karena para guru besar dan dosen itu masih pada taraf jaga pemilu,” jelas Ikrar. Ikrar menyampaiakan ini dalam diskusi bertema ‘Gerakan Intelektual Kampus dan Netralitas Presiden beserta Aparatur Negara dalam Pemilu 2024’ yang digelar TPN Ganjar-Mahfud di Jakarta Pusat (5/2/2024).
Namun, lanjut Ikrar, jika kecurangan pemilu masih terus berlanjut, peluang terjadinya gerakan seperti tahun 98 sangat besar akan terjadi.
Seperti diketahui, saat ini telah ada aksi petisi dan pernyataan sikap dari puluhan kampus di Indonesia.
Ikrar menganggap kondisi ini sama dengan yang terjadi di tahun 98. Semua berawal dari kampus, meluas, dan akhirnya turun ke jalan. Soeharto yang 32 tahun saja bisa lengser, apalagi Jokowi yang hanya 9 tahun.
“Bukan cuma dekan ataupun rektor yang pada saat 98 itu turun, tapi ini lagi-lagi tidak sedikit guru besar yang memang sudah sangat senior menyatu dengan mahasiswanya, ya,” ujar Ikrar.
Menurutnya, para guru besar dari berbagai universitas belum turun semua lantaran masih ingin menjaga keberlangsungan pemilu yang damai.
Ikrar memang salah satu pengamat yang sangat keras mengkritik Presiden Jokowi. Padahal sebelumnya, Ikrar pendukung setia Jokowi sejak masih menjadi calon Gubernur DKI Jakarta.
Dalam sebuah acara program Gaspol! yang di akun YouTube Kompas.com, Ikrar mengaku menangis saat menulis artikel tentang Jokowi.
“Saya menulisnya sambil menangis itu. Karena saya tidak menyangka seorang presiden yang saya dukung sejak menjadi calon Gubernur DKI, kemudian menjadi Capres 2014, dan ketika saya menjadi Dubes di Tunisia juga saya tetap mendukung beliau walau tidak boleh kampanye sama Bu Menlu,” kata Ikrar (4/11/2023).
Menurut Ikrar, apa yang terjadi kepada Jokowi itu sulit dia percaya. Jokowi berubah 180 derajat, dari tadinya Jokowi adalah kita menjadi seperti Raja Jawa Kecil yang ingin membangun lewat dinasti.
Karena kekecewaan itu dalam wawancara dengan kanal YouTube Abraham Samad SPEAK UP, ia menilai Jokowi telah bertindak sebagai pembunuh politik yang tidak berperasaan.
“Jokowi telah melakukan segala cara untuk meloloskan Gibran menjadi calon wakil presiden,” kata Ikrar.
Demikian bentuk kritik Ikrar pada Jokowi. *** (O Gozali)