SERAYUNEWS – Sebagai sekolah yang berada di garda terdepan dalam upaya nguri-uri budaya, siswa SMA Negeri 1 Purwokerto, Rabu (14/6/2023) menggelar pentas ritual cowongan. Ritual ini, merupakan tradisi memohon hujan. Pementasan siswa kelas 11 MIPA 1 ini, sukses memukau para guru serta siswa yang menyaksikan pertunjukan.
Pertunjukan yang mengambil latarbelakang kehidupan warga Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas ini, bercerita tentang keresahan warga yang desanya mengalami kekeringan.
Sayangnya, keluh kesah warga tidak segera direspon kepala desa, hingga menimbulkan korban jiwa akibat kekeringan tersebut. Hingga kemudian, salah satu sesepuh desa bercerita tentang tradisi Ritual Cowongan yang pernah dilakukan nenek moyang dahulu dan berhasil mendatangkan hujan.
Sebanyak 36 siswa kelas 11 MIPA 1 ini, dengan apik memainkan peran masing-masing. Sutradara Assyafa Ishma Shiya dan Nucinta berhasil mengatur alur cerita dan mengisi para pemain dengan tepat.
Salah satu pemain, Saniyya Nafisa Rahman mengatakan, ia dan teman-temannya sampai melakukan riset selama dua bulan tentang prosesi Cowongan. Bahkan untuk mematangkan pertunjukkannya, ia sampai berkonsultasi dengan seniman Banyumas, Titut Edi Purwanto.
“Kita sudah berusaha mencari di internet, tetapi memang belum ada yang mengangkat Cowongan dalam pentas drama pelajar. Sehingga kita harus melakukan riset selama dua bulan dan berkonsultasi dengan Pak Titut. Untuk latihan pementasan sendiri, sekitar satu bulan”, tuturnya.
Assyafa Ishma Shiya selaku sutradara sekaligus pemain, sukses berpenampilan layaknya nenek berusia lanjut. Ia mengaku belajar make up dari youtube, sehingga penampilannya sempurna.
“Kalau kendala lebih kepada pakem Cowongan yang belum ada, jadi kita melakukan beberapa kali revisi setelah berkonsultasi dengan Pak Titut”, katanya.
Guru Seni Budaya, Metriks Citrowati S.Pd menyampaikan, pertunjukan tersebut masuk dalam penilaian mata pelajaran seni budaya yang mengangkat tema budaya daerah. Para siswa diminta untuk mencari ide sendiri, terkait materi pertunjukan.
Guru Seni Budaya lainnya, Nur Rochim S.Pd menambahkan, ada beberapa penilaian dalam pementasan tersebut, mulai dari tim pemain, properti, serta tim rias. Menurutnya, pertunjukan mengambil tema budaya lokal dengan slogan ‘Kunjara Among Budaya’ yang mengandung filosofi Dewa Gajah atau Dewa Ilmu yang menjaga budaya agar lestari.
“Kalau penilaiannya mulai dari seni peran, keterampilan olah rias, tata panggung dan properti. Baik secara kelompok maupun individu, ada penilaiannya sendiri. Ada 10 kelas yang tampil dan nantinya akan kita dokumentasikan,” jelasnya yang didampingi wali kelas, Agustina Setyani S.Ag.