SERAYUNEWS – Akhir-Akhir ini, banyak warganet di berbagai platform media sosial (medsos) menggunakan istilah plesetan aura magrib untuk melakukan sebuah hujatan.
Hal ini bermula dari saat netizen ramai-ramai mengomentari penampilan selebgram Fujianti Utami Putri alias Fuji dari video lawasnya yang viral.
Tak disangka, tidak sedikit yang menyebutkan penampilan lama Fuji tersebut dengan istilah aura magrib. Tidak lama kemudian, kalimat aura magrib viral secara masif beberapa netizen gunakan.
Beragam reaksi mengecam muncul dari kalangan selebritis, tokoh agama, dan lain-lain, sebab dua kata tersebut dapat merendahkan orang lain.
Salah satunya adalah Naura Ayu. Lantas, ia turut menyoroti tren komentar aura magrib yang semakin merajalela. Menurut Naura, komentar tersebut termasuk dalam bentuk rasisme.
Naura juga menyayangkan hal itu menjadi tren. Magrib merupakan salah satu dari lima waktu aalat wajib dalam ajaran Islam. Jadi, ia heran mengapa magrib menjadi istilah untuk menjelekkan orang lain.
“Sedih deh sekarang banyak yang suka pakai waktu-waktu sholat sebagai plesetan negatif ‘aura maghrib’ nanti dibalas ‘aura isya’. Maksud aku sudah salah, rasis, terus nggak bisa menghargai Muslim itu sudah kacau sih,” tulis Naura Ayu, serayunews.com mengutip dari akun X pribadinya @nnauraayu, Kamis (11/7/2024).
Selanjutnya, Naura Ayu pun menunjukkan salah satu komentar warganet yang konon seorang haters karena menyebutnya mempunyai aura maghrib.
Naura Ayu mengungkapkan bahwa pelantun lagu “Bye” itu sangat ingin menghentikan tren komentar aura magrib. Ia juga menerima dan merasa bangga dengan warna kulitnya.
“Again. Please educate yourself. Kalau memang saya nggak putih kenapa? Ini perihal ini aku mau banget stand up. Kalau ada kampanye pemberhentian komentar aura maghrib aku garda depan,” ungkapnya.
“Saya memang nggak mancung, putih, dan saya nggak mau juga 🙂 I love myself. Ingat ya itu waktu salat, loh,” pungkasnya.
Sementara itu, tren ini tak luput dari sorotan Ustaz Soleh Sofyan, salah satu anggota Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU).
Ustaz Soleh Sofyan (Solsof) mengatakan, penyematan sebutan aura magrib untuk menyebut orang berkulit gelap, kusam, buruk atau jelek sangat tidak baik dan tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.
Ia kemudian menjelaskan makna magrib yang memiliki arti sangat mulia. Kata magrib memiliki akar kata gharaba-yaghrubu yang berarti pergi menjauh, terbenam, asing, atau membentuk kata al-maghrib yang berarti barat (tempat/waktu terbenam matahari) dan al-musytaghrib (oksidentalis).
Lebih lanjut, Ustaz Solsof mengingatkan warganet bahwa Islam melarang perilaku menghina, merendahkan, dan mengolok-olok orang lain dengan alasan apa pun.
“Apalagi sebutan aura maghrib masuk dalam kategori hate speech (ujaran kebencian) yang mengandung rasisme dan mengarah pada body shaming,” jelas Ustaz Solsof melansir laman NU Online.
Berbicara tentang larangan dalam Islam terhadap perilaku merendahkan dan menghina orang lain, Ustaz Solsof mengutip Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 11.
Berikut artinya.
“Hai orang-orang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Q.S AI-Hujurat: 11).
***