SERAYUNEWS – Seorang mahasiswi yang berasal dari Purwokerto, menceritakan pengalaman pertama mencoblos di Kuala Lumpur, Malaysia.
WNI di luar negeri, berbeda waktu pemilihannya. Bukan tanggal 14 Februari 2024, akan tetapi sudah melakukan pemungutan suara terlebih dahulu. Khusus di Malaysia sendiri, berlangsung pada, Minggu (11/2/2024).
Mahasiswi asal Purwokerto itu, bernama Febyarna Pasca. Dia sudah tinggal 4 bulan lamanya untuk melanjutkan studi Master (S2) di Universiti Putra Malaysia. Dia mengambil Course Developmental Psychology.
Febyarna mengaku tertarik merasakan momentum 5 tahunan ini. Terlebih, kota Kuala Lumpur sendiri, hanya menyediakan satu tempat yang berbeda dari kebiasaan di Indoensia.
“Sangat excited (tertarik) karena sebelumnya memilih di Indonesia. Biasanya kalau di rumah mau memberikan hak suara tps nya sangat dekat, tetapi ketika di Malaysia yang ternyata hanya ada satu tempat untuk memilih (Chow Kit, Kuala Lumpur) persiapannya jadi lebih ekstra,” ujar Febyarna kepada tim Serayunews.com, Senin (12/2/2024).
Sementara itu, para WNI berbondong-bondong memadati tempat pemungutan suara (TPS). Termasuk Feby panggilan akrabnya yang sampai di lokasi, sekitar pukul 12 MYT atau Waktu Malaysia.
Saat itu, kondisi sangat ramai orang dan agak riuh karena pengakuannya, hanya ada satu pintu untuk masuk ke dalam selain satu pintu lagi untuk prioritas. Akhirnya, PPLN memutuskan membuka beberapa akses.
“Saya pribadi prefer untuk menepi ke tempat lain dahulu, karna menurut saya suasananya kurang kondusif dan kembali ke lokasi pukul 5 pm (sore) MYT,” ungkapnya.
Sedangkan, proses pemilihan hingga pukul 6 pm. Namun, sekitar pukul 8 pm masih ada sekitar 200 WNI yang belum memberikan hak suara dan gagal memilih karena datang terlambat.
Kemudian, Feby sempat bertanya kepada yang terlambat, alasan pekerjaan dan ada juga yang datang dari negeri (daerah) yang cukup jauh menjadi faktor utama.
Para pemilih tersebut sempat melakukan diskusi dengan panwaslu. Sayangnya, tidak mendapatkan hasil yang di inginkan sehingga hak suara terpaksa hilang.***