SERAYUNEWS – Sejak 28 Agustus 2025, jalanan kota-kota besar di Indonesia kembali dipenuhi gelombang demonstrasi. Apa makna Resistance Blue, Brave Pink, dan Hero Green?
Ribuan orang dari berbagai latar belakang turun ke jalan, menuntut perubahan dan menolak kebijakan yang dianggap merugikan rakyat.
Namun, di tengah riuh massa dan lautan spanduk, muncul tiga warna baru yang mencuri perhatian: Resistance Blue, Brave Pink, dan Hero Green.
Ketiga warna ini bukan sekadar hiasan visual. Mereka lahir dari denyut keresahan publik, menjadi bahasa simbolis yang menyatukan suara rakyat tanpa terikat pada partai politik atau aliansi tertentu.
Bagi banyak orang, warna-warna ini adalah bendera harapan, penanda identitas, sekaligus energi kolektif.
Resistance Blue, Brave Pink, dan Hero Green lahir di tengah situasi politik yang penuh ketegangan.
Namun, ketiganya tidak berdiri sendiri. Justru, mereka saling melengkapi sebagai narasi besar tentang masa depan Indonesia:
Fenomena ini menunjukkan bagaimana generasi muda dan masyarakat sipil mampu menciptakan bahasa visual yang kuat, sederhana, namun penuh makna.
Tiga warna ini seolah menjadi “palet baru” gerakan rakyat yang lebih inklusif, melampaui sekat identitas politik dan sosial.
Resistance Blue: Simbol Perlawanan untuk Demokrasi
Biru tua atau Resistance Blue pertama kali muncul kuat pada peringatan Darurat Demokrasi 22 Agustus 2024.
Kala itu, warna biru tua dijadikan latar simbol Darurat Garuda Biru sebagai bentuk penolakan rakyat terhadap putusan Mahkamah Konstitusi dan revisi UU Pilkada yang dianggap melemahkan demokrasi.
Warna ini sengaja dibedakan dari biru muda yang identik dengan kampanye politik tertentu pada Pilpres 2024.
Resistance Blue dianggap merepresentasikan kebenaran, transparansi, dan perlawanan terhadap “biru oligarki”.
Kini, warna tersebut kembali hadir dalam aksi 2025, bukan sebagai nostalgia, melainkan sebagai pengingat bahwa rakyat masih menuntut keadilan.
Biru tua tak lagi sekadar warna, melainkan simbol keberanian intelektual dan moral untuk melawan ketidakadilan.
Brave Pink: Keberanian yang Lahir dari Kelembutan
Jika Resistance Blue adalah otak perlawanan, maka Brave Pink bisa disebut sebagai hatinya.
Pink biasanya dipandang lembut, feminin, bahkan rapuh. Namun dalam demonstrasi, warna ini justru bertransformasi menjadi simbol keberanian.
Inspirasi Brave Pink datang dari seorang ibu berkerudung pink yang berdiri di garis depan saat aksi 28 Agustus 2025 di depan DPR.
Meski usianya tak lagi muda, ia berorasi lantang, menghadapi water canon dan gas air mata, bahkan beradu dengan barikade polisi. Aksinya terekam kamera, viral di media sosial, dan menginspirasi banyak orang.
Kerudung pink yang ia kenakan akhirnya menjelma simbol keberanian rakyat kecil. Pink yang lembut seolah menegaskan bahwa melawan ketidakadilan tak selalu harus dengan kekerasan.
Ada keberanian yang lahir dari kelembutan, dari hati yang tulus memperjuangkan kemanusiaan.
Hero Green: Harapan akan Reformasi dan Masa Depan
Di antara warna perlawanan dan keberanian, hadir Hero Green, hijau pahlawan yang melambangkan harapan dan pembaruan. Sejak lama, hijau identik dengan kehidupan, pertumbuhan, dan keseimbangan.
Dalam aksi kali ini, hijau menjadi simbol nyata karena banyak dipakai para pengemudi ojek online yang ikut turun ke jalan.
Mereka menuntut perbaikan sistem kerja yang dianggap merugikan buruh dan pekerja informal.
Sayangnya, warna hijau juga diselimuti duka setelah seorang driver bernama Affan Kurniawan meninggal dunia akibat insiden tragis saat demonstrasi 28 Agustus 2025.
Hero Green akhirnya menjadi lebih dari sekadar warna. Ia adalah simbol solidaritas, perjuangan buruh, dan keinginan rakyat akan masa depan yang lebih adil serta berkelanjutan.
Apakah Resistance Blue, Brave Pink, dan Hero Green hanya tren sesaat? Sulit menjawabnya sekarang.
Namun, sejarah sering mencatat bahwa simbol-simbol lahir dari momen genting, dan kemudian hidup lebih lama dari peristiwa itu sendiri.
Seperti pita kuning yang menjadi simbol perlawanan di Amerika Serikat atau bunga anyelir merah dalam Revolusi Portugal, warna-warna ini bisa saja menjadi bagian dari identitas perjuangan Indonesia ke depan.
Setidaknya, tiga warna ini telah membuktikan satu hal: rakyat Indonesia mampu mengartikulasikan keresahannya dengan cara kreatif, damai, dan penuh makna.***