SERAYUNEWS – Tren foto profil dengan nuansa Brave Pink sempat ramai di media sosial. Awalnya, ribuan orang menggunakan foto profil berwarna kombinasi pink, biru, dan hijau.
Bagi sebagian warganet, Brave Pink dianggap keren, unik, sekaligus simbol keberanian untuk bersuara.
Tak sedikit yang menilai tren ini sebagai bentuk solidaritas digital. Di TikTok maupun Instagram, banyak pengguna mengubah foto profil mereka mengikuti arus ini. Namun, popularitas Brave Pink ternyata tidak bertahan lama.
Fenomena yang awalnya membawa semangat kebersamaan, kini justru bergeser arah setelah muncul kontroversi.
Pemicunya berasal dari sebuah cuplikan video TikTok yang viral. Dalam video tersebut, seorang ibu berkerudung pink yang dikaitkan dengan identitas Brave Pink terlihat mengikuti aksi demo.
Saat berbicara, ia melontarkan pernyataan yang dianggap menjelekkan presiden serta tidak mendukung jalannya demo itu sendiri.
Konten ini segera menjadi bahan diskusi publik. Pemilik akun TikTok @geanalorenzaa bahkan menuliskan, “yang pink soalnya bukan suara rakyat, tapi seorang yang belum move on.”
Ungkapan itu menyebar luas dan memperkuat pandangan bahwa simbol Brave Pink tidak lagi netral, melainkan membawa pesan personal yang membingungkan publik.
Kontroversi tersebut berdampak besar. Ribuan pengguna media sosial yang tadinya memakai Brave Pink langsung menghapusnya. Mereka memilih mengganti dengan nuansa hijau saja, atau kadang kombinasi hijau dan biru.
Alasannya sederhana: mereka tidak ingin dianggap mendukung simbol yang bisa menimbulkan perdebatan.
Warna hijau dipilih karena lebih netral, menenangkan, dan identik dengan persatuan. Selain itu, hijau juga melambangkan kesejukan, harapan, serta semangat baru.
Fenomena ini menegaskan betapa cepatnya dinamika tren di media sosial. Apa yang viral hari ini bisa dengan mudah ditinggalkan besok, tergantung pada isu yang muncul dan bagaimana publik menafsirkannya.
Brave Pink yang semula populer karena simbol kebersamaan, akhirnya runtuh hanya karena satu potongan video yang memicu tafsir baru.
Kini muncul pertanyaan: apakah warna hijau akan bertahan lama sebagai tren? Ataukah publik akan segera berpindah ke kombinasi warna baru yang lebih segar?
Mengikuti sifat media sosial yang cair, kemungkinan besar tren akan terus berubah sesuai dengan isu dan sentimen publik. Namun, ada satu hal yang pasti: fenomena ini menunjukkan kekuatan kolektif masyarakat digital.
Warganet tidak sekadar mengikuti arus, tetapi juga bisa mengoreksi tren yang dirasa tidak lagi sejalan dengan nilai bersama. Brave Pink hanyalah satu contoh bagaimana viralitas bisa berganti arah dalam hitungan hari.