
SERAYUNEWS- Tahun 2026 diprediksi menjadi salah satu tahun paling sibuk di pasar modal Indonesia.
Optimisme ini makin menguat setelah PT Mandiri Sekuritas mengumumkan target ambisiusnya membawa lima perusahaan besar melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tidak hanya itu, salah satu calon emiten disebut sebagai super lighthouse company, masuk kategori perusahaan raksasa dengan valuasi jumbo dan skala bisnis strategis.
Berdasarkan informasi yang Serayunews rangkum dari berbagai sumber langkah ini diyakini akan mendorong likuiditas pasar, memperluas pilihan investasi, dan sekaligus menguatkan kepercayaan investor terhadap potensi ekonomi Indonesia.
Direktur Utama Mandiri Sekuritas, Oki Ramadhana, menjelaskan bahwa perseroan telah menyiapkan pipeline IPO yang jauh lebih menarik. Ia menyebut beberapa perusahaan sudah memasuki tahap finalisasi dan siap masuk ke fase pendalaman pasar pada awal 2026.
“Pipeline kami lebih besar dan lebih kuat dibanding tahun sebelumnya. Bahkan ada perusahaan yang kapasitasnya lebih besar dari kategori lighthouse,” ujar Oki.
Kategori ini merujuk pada perusahaan dengan kapitalisasi pasar minimal Rp3 triliun, free float setidaknya 15%, dan profil bisnis yang dinilai strategis untuk pasar modal nasional.
Namun Oki menegaskan, penilaian pihaknya tetap berfokus pada fundamental perusahaan, bukan sekadar status BUMN atau non-BUMN.
“Yang terpenting adalah fundamental bisnisnya. Kalau menarik dan prospektif, kami siap membawa mereka ke pasar,” jelasnya.
Mandiri Sekuritas mengungkapkan bahwa salah satu calon IPO 2026 berasal dari sektor natural resources.
Selain itu, terdapat beberapa perusahaan lain yang dinilai memiliki potensi pertumbuhan tinggi, baik dari sektor konsumer, teknologi finansial, hingga logistik.
“Kami melihat peluang besar di sektor sumber daya alam. Tapi 2026 tidak hanya soal SDA ada banyak kandidat yang menarik untuk publik,” tambah Oki.
Sebelum memasuki agenda jumbo 2026, Mandiri Sekuritas lebih dulu fokus menyelesaikan proses IPO PT Super Bank Indonesia Tbk. (SUPA).
SUPA dijadwalkan melakukan pencatatan perdana saham pada 17 Desember 2025, dan menjadi salah satu IPO paling ditunggu karena didukung ekosistem Grab–Emtek.
IPO SUPA ditopang oleh konsorsium penjamin emisi, dengan komposisi terbesar:
Sisanya didukung CLSA Sekuritas, Sucor Sekuritas, Bahana Sekuritas, hingga Korea Investment & Sekuritas.
Dengan harga IPO Rp635 per saham dan target dana Rp2,79 triliun, SUPA menjadi salah satu IPO dengan profil undervaluation menarik untuk bank digital.
Optimisme pasar kian menguat seiring target BEI untuk menghadirkan 50 perusahaan IPO pada 2026, termasuk 6 perusahaan kategori lighthouse.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, memastikan sebanyak 13 perusahaan sudah berada dalam pipeline akhir.
“Kami tetap fokus menjaga kualitas calon emiten. Target 50 perusahaan bukan hanya soal kuantitas, tapi juga bagaimana menjaga kepercayaan investor,” terangnya.
Tingginya minat publik terhadap IPO terlihat jelas dari fenomena PT Abadi Lestari Indonesia Tbk. (RLCO). Emiten sarang burung walet itu sukses mencetak sejarah sebagai IPO dengan tingkat kelebihan permintaan tertinggi sepanjang masa di Indonesia.
Angka Fantastis RLCO:
RLCO bahkan langsung melesat 34,5% dan menyentuh auto reject atas (ARA) pada hari pertama melantai.
Lonjakan minat ini mencerminkan optimisme tinggi investor ritel terhadap IPO berukuran kecil-menengah yang menawarkan valuasi menarik.
Berdasarkan tren 2024–2025 dan pipeline 2026, investor kini semakin selektif dan cenderung mencari:
⦁ Emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan stabil
⦁ Perusahaan sektor SDA, digital banking, dan teknologi AI
⦁ IPO dengan valuasi terjangkau
⦁ Ekspansi bisnis jangka panjang yang jelas
⦁ Konsorsium penjamin emisi yang kredibel
Mandiri Sekuritas dan BEI memandang tren tahun depan akan menggabungkan IPO jumbo dan IPO ritel-friendly yang sama-sama menarik bagi pasar.