
Di tengah tuntutan industri manufaktur yang semakin cepat, transparan, dan akurat, pemanfaatan Internet of Things (IoT) dan sistem digital terintegrasi bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan. PT Tresno Jamu Indonesia (PT TJI) yang berlokasi di Cilacap menjadi salah satu contoh nyata perusahaan manufaktur nasional yang secara konsisten mengikuti perkembangan teknologi dan menerapkannya secara konkret dalam operasional sehari-hari.
Salah satu langkah strategis yang baru saja diimplementasikan adalah go-live sistem ERP (Enterprise Resource Planning) Odoo yang terintegrasi dari hulu ke hilir pada tanggal 1 september 2025, mulai dari penerimaan bahan baku hingga penutupan laporan keuangan bulanan.
Sebagai perusahaan manufaktur jamu dan produk kesehatan, PT TJI beroperasi dalam lingkungan yang menuntut ketelitian tinggi, kepatuhan terhadap standar mutu, serta kecepatan pengambilan keputusan.
Dalam konteks Toyota Production System (TPS), kondisi ini selaras dengan prinsip dasar jidoka (kualitas dibangun di dalam proses) dan just in time (ketepatan waktu dan jumlah). Penerapan IoT dan ERP menjadi enabler penting untuk mewujudkan prinsip tersebut secara konsisten dan terukur.
Go-live ERP di PT TJI mencakup modul penerimaan bahan baku, proses produksi, inventory management, billing system, hingga closing financial report. Seluruh transaksi utama kini tercatat secara real-time dalam satu sistem terintegrasi.
Setiap bahan baku yang masuk ke area pabrik tidak lagi hanya dicatat secara manual, melainkan langsung diinput ke sistem dengan referensi dokumen yang jelas. Dengan pendekatan ini, potensi kesalahan pencatatan, keterlambatan update, dan inkonsistensi data dapat ditekan secara signifikan.
Pada sisi proses produksi, ERP berfungsi sebagai “tulang punggung digital” yang menghubungkan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Data pemakaian bahan baku, hasil produksi, serta sisa persediaan dapat dipantau secara harian.
Hal ini sejalan dengan konsep visual management dalam TPS, di mana kondisi aktual proses harus dapat dilihat dan dipahami dengan cepat oleh manajemen maupun tim operasional. Dengan data yang tersedia secara real-time, pengambilan keputusan tidak lagi berbasis asumsi, melainkan berbasis fakta di lapangan.
Manfaat paling terasa dirasakan pada pengelolaan inventory. Sebelum penerapan ERP, akurasi stok sangat bergantung pada rekonsiliasi manual dan stock opname berkala. Proses ini tidak hanya memakan waktu, tetapi juga membuka peluang selisih data antara catatan dan kondisi fisik.
Setelah go-live ERP , update stok dilakukan secara daily, bahkan mendekati real-time. Setiap transaksi masuk dan keluar barang langsung memengaruhi data inventory, sehingga angka stok menjadi jauh lebih akurat dan dapat diandalkan.
Selain itu, sistem ini juga menerapkan interlock pada beberapa jenis transaksi penting. Interlock ini dirancang untuk mencegah kelalaian terhadap SOP, misalnya transaksi yang tidak dapat diproses jika tahapan sebelumnya belum dipenuhi. Dalam perspektif TPS, mekanisme ini merupakan bentuk poka-yoke digital, yaitu pencegahan kesalahan sejak awal proses. Dengan cara ini, sistem tidak hanya berfungsi sebagai alat pencatat, tetapi juga sebagai penjaga disiplin proses.
Dari sisi administrasi dan keuangan, dampaknya sangat signifikan. Sebelum penerapan ERP, proses closing laporan keuangan bulanan baru dapat diselesaikan sekitar tanggal 15 hingga 20 setiap bulan.
Keterlambatan ini umumnya disebabkan oleh proses pengumpulan data yang tersebar, rekonsiliasi manual, serta koreksi berulang akibat perbedaan data antar bagian.
Setelah sistem berjalan stabil, PT TJI kini mampu melakukan closing financial report setiap tanggal 5. Percepatan ini memberikan ruang yang lebih luas bagi manajemen untuk melakukan analisis kinerja dan perencanaan strategis lebih dini.

Tidak kalah penting, penerapan ERP juga mendorong terciptanya lingkungan kerja yang lebih paperless. Dokumen transaksi, laporan, dan histori proses tersimpan secara digital dan dapat ditelusuri dengan mudah. Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga mendukung aspek keberlanjutan dan tata kelola perusahaan yang lebih baik. Transparansi data menjadi lebih tinggi, audit trail lebih jelas, dan risiko kehilangan dokumen dapat diminimalkan.
Ke depan, PT TJI tidak berhenti pada implementasi ERP semata. Saat ini perusahaan tengah menjalankan tahap in progress untuk penerapan Warehouse Management System (WMS) berbasis barcode scanning yang akan terintegrasi penuh dengan ERP.
Dengan sistem ini, setiap pergerakan barang di gudang, baik bahan baku, barang setengah jadi, maupun barang jadi, akan tercatat melalui proses scan. Sistem WMS ini akan merekomendasikan tempat penyimpanan, kemudian operator Gudang akan menyimpan barang sesuai dengan slot peyimpanan sesuai rekomendasi dari WMS. Integrasi ini diharapkan semakin meningkatkan akurasi stok, kecepatan transaksi, serta efisiensi operasional di area pergudangan.
Dalam kerangka IoT, WMS berbasis barcode ini merupakan langkah awal menuju digital warehouse yang lebih cerdas. Data pergerakan barang dapat dianalisis untuk mengidentifikasi bottleneck, mengoptimalkan layout gudang, dan mendukung konsep flow yang menjadi inti dari Toyota Production System. Gudang tidak lagi dipandang sebagai area penyimpanan semata, tetapi sebagai bagian integral dari aliran nilai (value stream).
Pengalaman PT Tresno Jamu Indonesia menunjukkan bahwa transformasi digital di manufaktur bukanlah tentang teknologi semata, melainkan tentang perubahan cara kerja dan pola pikir. ERP, IoT, dan WMS hanyalah alat.
Nilai sesungguhnya muncul ketika sistem tersebut digunakan untuk memperkuat disiplin proses, meningkatkan visibilitas, dan mendukung pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Dengan komitmen manajemen dan konsistensi implementasi, digitalisasi justru memperkuat fondasi manufaktur yang ramping, tangguh, dan berkelanjutan.
Di tengah persaingan industri yang semakin ketat, langkah PT TJI ini menjadi contoh bahwa perusahaan manufaktur nasional mampu beradaptasi dan memanfaatkan teknologi global tanpa kehilangan jati diri prosesnya. Integrasi IoT dan ERP bukan hanya membawa efisiensi operasional, tetapi juga membuka jalan menuju manufaktur yang lebih transparan, akurat, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Penulis: Agus Kharisun dan Daryono