
SERAYUNEWS — Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas kembali mencuri perhatian nasional.
Berada di lereng Gunung Slamet, desa ini resmi meraih Predikat Terbaik 1 dalam Lomba Desa Wisata Nusantara (LDWN) 2025, menyingkirkan ratusan desa wisata dari seluruh Indonesia.
Keberhasilan tersebut merupakan akumulasi antara kekuatan masyarakat, tata kelola yang rapi, serta kolaborasi strategis dengan Bank Indonesia (BI) Purwokerto dalam pengembangan sarana prasarana dan peningkatan kapasitas pengelola desa wisata.
Ketua Forum Komunikasi Pokdarwis Kabupaten Banyumas, Timbul Yulianto, menyebut perjalanan Melung menuju juara nasional bukan terjadi seketika.
Sejak 2023, Melung konsisten mengikuti berbagai kompetisi, mulai dari Gelar Desa Wisata tingkat provinsi, ADWI Kemenparekraf, hingga LDWN.
“Lomba dan juara itu bonus, tetapi yang penting adalah promosinya. Ketika ikut lomba pemerintah, otomatis kita tercatat di database pemerintah. Itu sangat penting agar promosi meluas dan sarpras bisa dibantu pemerintah,” ujarnya.
Menurut Timbul, banyak desa memiliki potensi besar. Namun Melung berbeda karena berani mengambil kesempatan.
“Lebih baik mengambil peluang meski ada risiko. Juara itu bonus, tapi kita harus bertanggung jawab ke masyarakat,” tegasnya.
Administrasi yang tertib juga menjadi nilai plus Melung dalam setiap penilaian.
Menariknya, Melung tidak melakukan persiapan berlebihan menjelang lomba.
“Kita nginput data hari itu juga, karena tanggal harus tercantum baik di foto atau video,” kata Timbul.
Regulasi, laporan kegiatan, dan arsip masyarakat telah tertata sejak awal, membuat proses kurasi berjalan mulus.
Meski dikenal dengan udara sejuk dan destinasi Pagubugan, Timbul menegaskan bahwa daya tarik utama Melung adalah masyarakatnya.
“Konsep desa wisata itu daya tariknya justru ada di masyarakat. Pagubugan itu hanya daya dukung. Kami melibatkan UMKM, ziarah, seni, dan masyarakat lintas agama,” jelasnya.
Desa wisata dikelola berbasis BUMDes Melung dengan dukungan kuat dari UMKM, komunitas seni, pengelola destinasi, hingga pemuda desa.
Melung tidak mengejar inovasi bombastis. Perubahan dilakukan secukupnya sesuai kebutuhan desa.
“Inovasi salah satunya penambahan unit usaha kios, warung, dan rest area untuk kendaraan besar yang tidak bisa masuk ke sini,” terangnya.
Melung tetap mempertahankan karakter wisata alam dan wisata masyarakat.
Kolaborasi antara Melung dan BI Purwokerto berlangsung sejak 2023. Dukungan tersebut hadir dalam bentuk:
“Alhamdulillah, BI berperan sangat besar. Kami bahkan tidak menyusun proposal. Mereka melihat potensi kami,” kata Timbul.
Timbul menegaskan bahwa status juara nasional bukan berarti semua kebutuhan telah terpenuhi.
“Sarana prasarana kami masih sangat kurang,” ujarnya.
Ia berharap kerja sama dengan BI tetap berlanjut, terutama dalam peningkatan kapasitas SDM dan pembenahan fasilitas desa wisata, baik di Melung maupun desa wisata lain di Banyumas.
Kisah Melung adalah bukti bahwa desa wisata tidak harus megah untuk menjadi juara. Kuncinya terletak pada masyarakat yang bergerak bersama, administrasi yang rapi, dan kemampuan memaksimalkan kesempatan.
Di antara ratusan desa wisata di Indonesia, Melung membuktikan bahwa yang unggul bukan yang terbesar, tetapi yang paling siap saat kesempatan itu datang. (ADV)