SERAYUNEWS– Pemkab Wonosobo mencatat sebanyak 215 sumber mata air di Kabupaten Wonosobo pada Triwulan I Tahun 2024 rusak. Jumlah total sumber mata air di Kabupaten Wonosobo saat ini tercatat mencapai 1.782 mata air.
Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia (SDM)
Pemkab Wonosobo, Yusuf Haryanto menyebutkan, pelestarian dan pemulihan sumber mata air melalui konservasi memang harus dilakukan.
Menurutnya, krisis lingkungan menjadi tantangan besar masyarakat dunia saat ini, akibat terganggunya keseimbangan ekosistem. Untuk itu, berbagai upaya pemulihan lingkungan menjadi prioritas yang harus dilakukan.
Ini guna meningkatkan daya dukung ekosistem kehidupan makhluk hidup di dalamnya. Ini mengingat lahan kritis di luar kawasan hutan pada Tahun 2023 mencapai luas 12.527,05 hektar. Maka urgensi pelaksanaan konservasi untuk menangani lahan kritis semakin meningkat.
“Pelestarian dan pemulihan sumber mata air melalui konservasi penting, terutama menilik data triwulan 1 tahun 2024. Dari sebanyak 1.782 mata air di Kabupaten Wonosobo, sebanyak 215 atau 12,07 persen diantaranya rusak,” ungkapnya, Selasa (2/7/2024).
Yusuf Haryanto menyampaikan itu dalam Simposium Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024, di Hotel Dafam. “Sudah sepatutnya kita mampu meningkatkan capaian pengelolaan sampah, sebab sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi masalah serius,” jelasnya.
Hal ini yang mengancam kelestarian lingkungan dan keberlangsungan kehidupan makhluk hidup di dalamnya. “Mari perkuat komitmen bersama dalam melaksanakan upaya pelestarian lingkungan hidup, dengan menggerakkan aksi nyata peduli lingkungan,” ungkapnya.
Yusuf menambahkan, upaya pelestarian lingkungan secara masif menjadi langkah penting. Dimulai dari menumbuhkan kesadaran masyarakat atas isu lingkungan untuk mendorong partisipasi dalam melestarikan lingkungan hidup.
“Mengingat pentingnya kelestarian lingkungan, kita harus memperkuat komitmen dan melaksanakan langkah bersama dalam rangka melestarikan lingkungan hidup,” jelasnya.
Menurutnya pertanian adalah salah satu sektor unggulan Kabupaten Wonosobo, maka diperlukan kebijakan dalam pengolahan lahan. Yakni penerapan praktik pertanian ramah lingkungan, untuk mengurangi erosi lahan dan kerusakan akibat penggunaan pestisida.
“Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo Tahun 2023 sebesar 76,28, dengan indikator penyusunnya, yakni Indeks Kualitas Air sebesar 74,26, Indeks Kualitas Udara sebesar 85,86,” terang dia.
Sedangkan Indeks Kualitas Tutupan Lahan sebesar 62,04, menggambarkan bahwa kualitas lingkungan hidup di kabupaten kita masih perlu ditingkatkan. Pihaknya berharap, melalui kegiatan ini dapat menjadi dasar, bagi segenap pemangku kebijakan dan seluruh elemen masyarakat.
Hal ini untuk memperkuat komitmen dalam pemulihan lingkungan hidup di Kabupaten Wonosobo, sehingga dihasilkan rumusan arah kebijakan yang pelaksanaannya lebih terarah dan hasilnya terukur.
“Saya harap simposium ini menghasilkan output penting, yakni komitmen dan arah kebijakan yang terukur, dapat dicapai dalam kurun waktu yang ditentukan dan relevan dengan kondisi kabupaten kita,” pintanya.
Kemudian diikuti dengan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya, sehingga bersama-sama kita dapat mewujudkan kelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Wonosobo.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Wonosobo, Endang Lisdiyaningsih mengungkapkan, melalui simposium ini, diharapkan terjalin sinergi antar sektor dan kolaborasi dari seluruh elemen masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Kemudian, menggali isu-isu terkait kualitas dan kuantitas air, serta pengelolaan sampah yang lebih baik. Kegiatan ini merupakan salah satu gong nya peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2024, dengan tema “Konservasi tanah dan air, serta pengelolaan sampah sebagai upaya pemulihan lingkungan hidup”.