SERAYUNEWS– Ada pemandangan tak biasa di dapur Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Nirbaya, Minggu (27/7/2025). Seorang Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), Rojali (bukan nama sebenarnya), berdiri terdiam sambil menggenggam sebuah amplop kecil. Bukan amplop sembarangan, itu adalah premi kerja, bentuk penghargaan atas dedikasinya selama bertahun-tahun menjadi “pekerja sunyi” di balik dapur Lapas.
Di tengah hiruk pikuk rutinitas, nama Rojali tak pernah mencuat. Ia bukan pemimpin regu, apalagi orang yang suka tampil ke depan. Tapi justru dari balik panci dan wajan, pria ini membuktikan perubahan besar dalam dirinya. Setiap pagi, sebelum langit Nirbaya beranjak terang, dialah yang lebih dulu menyalakan api, menanak nasi, dan menyiapkan sarapan bagi para narapidana lainnya.
“Saya masuk dengan nama buruk. Tapi saya keluar dengan bekal baru, disiplin, keterampilan, dan rasa bangga. Dapur ini yang menempa saya,” ujar Rojali.
Kepala Lapas Nirbaya, Helmi Najih menyampaikan, momen ini bukan sekadar seremoni kecil. Baginya, ini adalah bentuk nyata dari pembinaan yang berhasil mengubah narapidana menjadi pribadi yang lebih baik. “Ini bukan sekadar pembebasan. Ini adalah pelepasan dari masa lalu yang gelap, menuju masa depan yang lebih terang. Dan dia sudah membuktikan, lewat kerja sunyi di dapur, bahwa ia pantas diberi kesempatan kedua,” tegas Helmi.
Menurutnya, Premi yang diberikan memang tidak besar secara nominal, namun penuh makna. Ini bukan tentang angka, melainkan tentang pengakuan, bahwa kerja keras, kejujuran, dan perubahan perilaku itu nyata dan pantas diapresiasi.
“Besok, gerbang Lapas akan terbuka untuk Rojali. Tapi hari ini, ia pulang membawa lebih dari sekadar kebebasan. Ia membawa harga diri yang dipulihkan, dan sebuah pelajaran bahwa bahkan dari balik dapur penjara, harapan bisa lahir, dan hidup bisa dimulai kembali,” tandasnya.