SERAYUNEWS- Pernah nggak sih kamu mendengar kalimat, “Aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan”? Nah, kalimat itu sering dikaitkan dengan empati.
Tapi sebenarnya, empati itu nggak sesederhana ikut sedih saat teman kita sedih. Dalam psikologi, empati dibagi ke dalam beberapa kategori yang berbeda dan masing-masing punya peran penting dalam cara kita berinteraksi dengan orang lain.
Yuk, kenali tiga kategori utama empati yang perlu kita pahami!
Empati adalah kemampuan untuk memahami, merasakan, dan merespons perasaan atau pengalaman orang lain, seolah-olah kita berada di posisi mereka.
Dengan kata lain, empati adalah “kemampuan untuk menempatkan diri di sepatu orang lain” — bukan sekadar merasa kasihan, tapi benar-benar mengerti apa yang orang lain rasakan secara emosional maupun situasional.
Empati kognitif adalah kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan atau dipikirkan orang lain tanpa harus ikut larut dalam perasaannya. Bisa dibilang, ini adalah bentuk empati yang lebih rasional.
Orang dengan empati kognitif tinggi biasanya pintar membaca situasi sosial, bisa memahami sudut pandang orang lain, dan cocok dalam peran seperti konselor, negosiator, atau pemimpin.
Contohnya: saat kamu melihat temanmu kecewa karena nilainya jelek, kamu tahu dia pasti merasa gagal atau malu. Kamu paham situasinya, meskipun kamu sendiri nggak ikut merasa sedih.
Kalau empati kognitif lebih ke pikiran, empati emosional ini lebih ke hati. Jenis empati ini membuat kamu ikut merasakan emosi yang dialami orang lain.
Saat temanmu menangis karena kehilangan hewan peliharaannya, kamu ikut merasa sedih, seolah kamu juga kehilangan.
Empati emosional bikin seseorang lebih mudah terhubung secara emosional dengan orang lain. Tapi hati-hati, kalau terlalu larut bisa bikin kamu cepat lelah secara mental (emotional burnout), apalagi kalau kamu terlalu sering menyerap emosi negatif dari sekitar.
3. Empati Kompasioner (Empati Peduli)
Ini adalah bentuk empati yang paling aktif. Bukan hanya memahami dan ikut merasakan, tapi juga ingin membantu.
Empati kompasioner muncul saat kita punya dorongan kuat untuk meringankan penderitaan orang lain.
Contoh nyatanya: saat kamu melihat seseorang kesulitan membawa barang berat, kamu langsung menawarkan bantuan.
Atau saat temanmu lagi stres, kamu nggak cuma bilang “sabar ya,” tapi juga ngajak dia ngobrol dan bantu cari solusi.
Tiga kategori empati ini—kognitif, emosional, dan kompasioner—saling melengkapi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita idealnya bisa menyeimbangkan ketiganya: paham perasaan orang lain, bisa terhubung secara emosional, dan punya inisiatif untuk membantu.
Dengan begitu, hubungan sosial kita jadi lebih sehat, hangat, dan bermakna.
Empati itu bukan cuma soal perasaan, tapi juga tentang tindakan dan pengertian yang tulus.
Yuk, belajar jadi pribadi yang lebih empatik mulai dari hal-hal kecil di sekitar kita!***