SERAYUNEWS – Bird strike adalah insiden ketika pesawat bertabrakan dengan burung saat sedang terbang.
Meskipun terdengar sederhana, dampaknya bisa sangat serius. Tabrakan burung yang masuk ke mesin pesawat dapat mengakibatkan kerusakan besar, bahkan kegagalan sistem mesin, seperti yang dijelaskan oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO).
Salah satu kasus bird strike yang paling terkenal adalah insiden “Miracle on the Hudson” pada 2009.
Pesawat Airbus A320 milik US Airways terpaksa mendarat darurat di Sungai Hudson, New York, setelah burung masuk ke dalam mesin pesawat. Beruntung, seluruh penumpang selamat dalam insiden tersebut.
Namun, insiden terbaru yang melibatkan maskapai Jeju Air menunjukkan betapa fatalnya bird strike bila terjadi di momen yang salah. Pesawat ini mengalami kecelakaan saat mendarat di Korea Selatan, yang diduga akibat tabrakan dengan burung besar.
Menurut pihak berwenang Korea Selatan, kecelakaan terjadi setelah menara pengawas memperingatkan kemungkinan adanya burung di sekitar landasan pacu.
Pilot mencoba mendarat ulang, namun sayangnya, pesawat mendarat tanpa roda pendaratan. Setelah keluar dari landasan, pesawat menabrak pagar pembatas dan terbakar.
Pemadam kebakaran Korea Selatan menyebutkan bahwa kondisi cuaca buruk turut memperparah situasi, membuat pesawat kehilangan kendali.
Hingga kini, kotak hitam pesawat sedang dianalisis untuk memastikan penyebab pasti kecelakaan tersebut.
Menurut konsultan penerbangan Philip Butterworth-Hayes, meskipun bird strike jarang menyebabkan kecelakaan fatal, insiden seperti ini memerlukan serangkaian peristiwa yang sangat buruk untuk mencapai tingkat kehancuran yang besar.
Dalam kasus Jeju Air, insiden ini tergolong salah satu yang paling serius dalam beberapa tahun terakhir.
Sistem perlindungan pada pesawat modern memang dirancang untuk menangani berbagai skenario darurat, termasuk tabrakan burung.
Namun, jika bird strike terjadi pada titik vital, seperti mesin, dampaknya bisa menjadi bencana besar.
Insiden ini menyoroti pentingnya pemantauan ketat terhadap pergerakan burung di sekitar bandara.
Menggunakan teknologi radar untuk mendeteksi kawanan burung serta melengkapi bandara dengan alat pengusir burung menjadi langkah pencegahan yang sangat penting.
Penerbangan, meski dianggap sebagai salah satu moda transportasi teraman, tetap memiliki risiko.
Oleh karena itu, setiap elemen, dari perawatan pesawat hingga manajemen bandara, harus terus ditingkatkan untuk meminimalkan potensi bahaya, termasuk bird strike.
Kecelakaan Jeju Air adalah pengingat bahwa meskipun teknologi penerbangan telah sangat maju, alam tetap memiliki tantangan tersendiri yang memerlukan perhatian ekstra.
***