SERAYUNEWS– Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah memiliki kekayaan hasil bumi yang melimpah ruah. Umbi-umbian menjadi salah satu hasil bumi yang dapat diolah menjadi hasil makanan olahan yang enak dan mengesankan.
Cimplung merupakan salah satu makanan olahan khas Kabupaten Banyumas. Dulu hampir setiap hari orang Banyumas makan cimplung, sebagaimana halnya makan Mendoan. Sayangnya makanan ini sudah mulai dilupakan oleh anak-anak muda.
Makanan tradisional seolah tersingkir dengan hadirnya beragam makanan siap saji atau instan. Bahkan, hingga pelosok desa pun saat ini sudah ada yang menjual. Hal itu tentu menjadi keprihatinan bersama, salah satunya Penjabat Bupati Banyumas Hanung Cahyo Saputro.
Dalam berbagai kesempatan kunjungan kerjanya, selalu ada hal baru ditemukan Pj Bupati Banyumas Hanung Cahyo Saputro. Dia melihat dari dekat pembuatan Cimplung di rumah Watiyah, warga Grumbul Ciwera RT 3 RW 3 Desa Kedungurang Kecamatan Gumelar, Banyumas.
“Cimplung biasannya terbuat dari bahan dasar singkong, ketela, sukun, pisang atau jenis ubi-ubian lainnya yang direbus dalam air nira (orang Banyumas menyebutnya badheg),” ungkap Watiyah saat mendapat tamu istimewa kehadiran orang nomor satu di Banyumas saat ini.
Watiyah menambahkan proses memasak cimplung membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua jam. “Jika singkong sudah empuk, itu pertanda singkong sudah matang,” tandasnya, saat mengajarkan Pj Bupati Banyumas memasak olahan cimplung, baru-baru ini.
Selain teksturnya yang berubah menjadi empuk, warna singkong berbalut air nira kental yang sudah matang akan berubah menjadi kecokelatan. Aroma wangi dari rebusan air nira inilah yang membuat Cimplung disukai banyak orang, terutama orang-orang tua yang menjadikan makanan ini menjadi klangenan.
Cimplung memiliki rasa manis dan gurih, sangat cocok dimakan hangat-hangat disertai dengan minum kopi atau teh panas. Hanung mengaku sangat mendukung usaha olahan cimplung khas Banyumas agar terus berkembang dan diterima masyarakat.
