Dampak Pandemi Covid-19 sangat nyata dirasakan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat, termasuk para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Tak sedikit yang gulung tikar, beruntung hal itu tidak dialami oleh para perajin batok di Kabupaten Purbalingga. Di kala masyarakat dibatasi ruang dan geraknya saat pandemi, para perajin batok kelapa tetap bisa mendulang Rupiah.
Purbalingga, serayunews.com
Tumpukan batok dan tangkai kelapa, sudah terlihat saat hendak memasuki workshop kerajinan batok di Kelurahan Panambongan, Purbalingga. Beberapa orang dengan duduk berjarak, tengah sibuk beraktifitas. Begitulah suasana yang ada di tempat produksi kerajinan batok kelapa yang berada di wilayah Penambongan.
Tidak dipungkiri, jumlah jumlah produksi berkurang dibanding sebelum Pandemi. Namun demikian, setiap harinya tidak pernah benar-benar berhenti memproduksi. Paguyuban perajin batok kelapa, tetap mendapatkan pesanan sehingga tetap ada pemasukan saat kondisi tidak stabil.
“Terasa dampaknya ya terasa, tapi kami harus tetap berusaha, berproduksi. Sebab perekonomian harus tetap jalan, ” ujarnya.
Produk kerajinan batok dari Purbalingga, sudah menyebar luas pada level nasional. Batang-barang yang diproduksi, rata-rata peralatan dapur seperti ulegan, centong nasi, centong sayur dan lainnya.
“Untuk harganya antara Rp 10 ribu sampai Rp 50 ribu,” katan ketua paguyuban pengrajin batok kelapa Kelurahan Penambongan, Sutrisno, Jum’at (25/3/2022).
Pasar dari produk kerajinan batok kelapa ini pun, tidak hanya lokal tapi sudah merambah ke kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Kalimantan, Sumatra, Sulawesi dan Jogjakarta.
“Usaha yang kami jalani membuat kerajinan yang terbuat dari batok kelapa dan batangnya, kebanyakan untuk peralatan rumah tangga. Seperti solded, tempat ulekan, ulekan, centong nasi, centong sayur, dll, ” ujarnya.
Dalam menjalankan usahanya ini, Sutrisno memperkerjakan karyawan sebanyak 6 orang yang semuanya laki-laki. Sutrisno pun sampai saat ini, masih ikut dalam produksi. Dalam satu bulan pendapatannya rata-rata sekitar Rp 4-5 juta. Jumlah itu setelah dipotong untuk ongkos produksi dan material bahannya.
“ Semua peralatan yang ada di sini seperti table saw, gerinda, bor duduk, sebagian merupakan bantuan dari pemerintah, melalui Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinkop UKM) Purbalingga.
“Peralatan mesin ini sangat membantu kami dalam mempercepat produksi kerajinan batok kelapa. Workshop baru dua tahun yang lalu diperbaiki oleh Pemkab Purbalingga,” katanya.
Maka dari itu, dia sangat berterimakasih kepada Pemda Purbalingga yang telah mendukung usahanya.