Cilacap, serayunews.com
Ketua DPC HNSI Cilacap Sarjono mengatakan, bahwa perekonomian nelayan yang terdampak insiden kapal terbakar di Cilacap terbilang lumpuh. Sebab alat transpotasi tangkap (Kapal) sudah tidak bisa lagi dipergunakan karena kondisinya sudah hangus terbakar dan hanya menyisakan bangkai saja.
“Jadi 554 ABK termasuk semua nakhoda juga nganggur, ini memakan waktu paling cepat enam bulan, paling lama satu tahun untuk membangun kapal lagi,” ujar Sarjono yang juga sebagai pemilik kapal terbakar saat ditemui Rabu (11/5/2022).
Sarjono mengatakan, dari jumlah ratusan ABK dan nakhoda kapal, sebagian berasal dari Cilacap dan sebagian lain berasal dari wilayah Pantura seperti Tegal, Pemalang, dan Pekalongan. Untuk meminimalisir banyaknya pengangguran, pihaknya juga akan mengikutkan ABK maupun nakhoda ke sisa kapal yang tidak terbakar saat melaut.
“Masih ada kapal sisa yang tidak terbakar, mungkin sebagian nanti yang biasanya berangkat 12 ABK ditambah jadi 15 ABK, yang satu nakhoda mungkin bisa jadi lima nakhoda , karena biar bisa menghidupi keluarganya,” ujarnya.
Adapun untuk jumlah sisa kapal yang tidak terbakar, menurut Sarjono, jumlahnya ada sekitar 50 kapal, yang sebelumnya sempat diselamatkan dari insiden kebakaran tersebut.
“Masih ada sekitar 50-an kapal yang tidak terbakar ada sebagian dilarikan di Tambakreja Pelabuhan Dermaga C, dan ada sebagian dilarikan ke Lomanis atau Dermaga PSDKP,” ujarnya.
Sedangkan untuk bangkai kapal sisa kebakaran tersebut, rencananya akan ditenggelamkan di sebelah Nusakambangan Cilacap untuk dijadikan rumpon atau tempat ikan maupun lobster.
“Sisa sisa bangkai kapal setelah besi tua dinaikkan, akan dibuang di sebelah Nusakambangan, untuk dijadikan rumpon (rumah ikan) rumah lobster di sana nanti,” ujarnya.
Sarjono menambahkan, jumlah kapal yang terbakar dalam insiden itu ada sebanyak 54 kapal dengan rincian 52 kapal nelayan, 1 kapal wisata dan 1 tug boat, dengan bobot di bawah 30 GT dan di atas 30 GT bahkan ada yang mencapai 50 GT. Sedangkan untuk kapal miliknya terbakar 5 kapal.
“Saya pribadi punya dua ada 30 GT dan 29 GT, yang kerjasama ada tiga kapal ikut terbakar jadi total ada lima,” ujarnya.
Untuk membantu penanganan pasca kebakaran, Kementerian Kelautan dan Perikanan memberikan bantuan paket sembako kepada ABK terdampak, serta akan meberikan bantuan pinjaman lunak kepada para pemilik kapal terbakar.
“Harapan kami, pemerintah bisa memberikan anggaran pinjaman lunak tanpa jaminan, suku bunga juga dibawah dan mangangsurnya setelah kapal jadi dan beroperasi melaut, paling tidak butuh mengangsur waktu lima tahun agar lebih longgar,” ujarnya.
Untuk jumlah nilai kerugian akibat terbakarnya 54 kapal diperkirakan mencapai Rp162 miliar. Sebab untuk nilai satu kapal beserta dengan perbekalan melaut bisa mencapai Rp3 miliar.