Cilacap Utara, serayunews.com
Salah satu petani tambak di wilayah Pantai Lengkong Cilacap, Edi Riyanto Bandi mengatakan, bahwa di wilayahnya ada sekitar 25 kolam tambak milik petani yang jebol dan rata akibat terjangan gelombang pasang pantai selatan.
Diantara puluhan kolam tambak tersebut, dua diantaranya adalah milik Bandi yang kini tinggal kenangan karena kondisi kolam tambaknya rata, usai diterjang gelombang tinggi beberapa hari yang lalu.
Saat ditemui di lokasi bekas kolam tambaknya, Bandi mengatakan bahwa ia sudah mengeluarkan modal untuk membuat dua kolam sekitar Rp 250 juta. Masing-masing kolam berukuran sekitar 75×50 meter mengahabiskan Rp 135 juta dan satu kolamnya berukuran lebih kecil habiskan dana Rp 117,5 juta.
“Saya jadi petani tambak sekitar tahun 2017, biasanya dalam setahun bisa panen tiga kali, kalau biaya operasional kolam sekitar Rp 25 juta termasuk benih benur dan obat-obatan. Satu kolam ditabur benur sekitar 200 ribu ekor, satu ekor benur seharga Rp 50,” ujarnya, Selasa (12/10/2021).
Namun kini harapan untuk memanen udang jenis vaname sirna, padahal ia baru menabur benur udang vaname berumur lima hari, namun kedua kolamnya kini sudah rata dengan pasir. Meskipun kolam tambak udang memanfaatkan lahan milik TNI AD, namun Bandi saat ini, termasuk satu diantara petani tambak lain yang kehilangan mata pencaharian.
“Setelah 2 kolam jebol sekarang masih nganggur, nantinya paling jadi nelayan lagi melaut, tapi saat ini masih trauma teringat terus kerugian yang sudah ditabur kemarin,” ujarnya.
Selain menjebol puluhan tambak, abrasi juga nampak terjadi di sepanjang Pantai Lengkong hingga Pantai Kemiren Cilacap dengan pajang sekitar 2 kilo meter. Sedangkan tanggul yang sudah jebol ada sepanjang sekitar 500 meter.
Dampak dari abrasi dan tanggul yang jebol membuat warga yang bermukim berjarak hanya beberapa meter dari tanggul khawatir gelombang tinggi akan menerjang pemukiman mereka.
Selain itu, akibat abrasi ini, kondisi TPI Lengkong terancam tutup karena tidak ada aktivitas pelelangan ikan. Sebab nelayan tidak biasa bersandar di Pantai Lengkong, sehingga memilih ke TPI Menganti Rawa Jarit atau sebelah barat PLTU Karangkandri. Kondisi ini menurut nelayan setempat sudah berlangsung sekitar 2 tahun terakhir, akibat abrasi tanggul pantai yang semakin parah.
Selain itu dampak dari abrasi di wilayah ini, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Lengkong terancam tutup, sebab perahu nelayan tidak bisa bersandar di pantai tersebut, sehingga banyak nelayan TPI Lengkong bersandar di TPI Menganti Rawajarit atau sebelah barat PLTU Cilacap.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak terkait tentang penanggulangan abarasi di wilayah tersebut, namun kabar beredar di kalangan nelayan, rencananya akan dibangun tanggul penahan ombak, namun nelayan meminta agar baiknya dibangun break water.
“Harapan saya sebagai petani tambak di TPI Lengkong ada uluran tangan dari Pemerintah, untuk meringankan beban petani tambak. Untuk mengurangi dampak abrasi agar ada pembangunan break water (pemecah ombak),” ujarnya.