Purbalingga, serayunews.com
Masyarakat Jawa, memiliki banyak tradisi pada setiap unsur kehidupan. Di antaranya adalah tradisi Mimiti, yang berlangsung saat hendak memanen hasil pertanian. Sesembahan dan doa bersama langsung di lokasi pesawahan.
Hal itu merupakan wujud syukur atas apa yang telah semesta berikan, kepada manusia dalam kehidupannya. Sedangkan melalui Mimiti, berupaya menyampaikan ungkapan terima kasih. Harapannya, agar bisa terus mewujudkan keseimbangan dalam kehidupan.
Hanya saja, acara Mimiti kini menjadi tradisi yang langka. Seiring perkembangan zaman, tradisi-tradisi hanya tinggal cerita semata. Bertujuan untuk ‘nguri-uri’, warga Desa Sidakangen, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga belum lama ini melangsungkan acara Mimiti.
Baca juga: [insert page=’hujan-deras-disertai-angin-kencang-terjang-desa-serang-purbalingga-enam-rumah-rusak’ display=’link’ inline]
Kepala Dusun 1, Desa Sidakangen, Wahyudi Awan menyampaikan, ritual Mimiti menjelang petik padi sudah turun temurun masyarakat Jawa lakukan. Kegiatan itu, merupakan tradisi yang baik dan layak dilestarikan.
“Saya sudah lama tidak melihat ada acara selamatan menjelang panen padi di desa Sidakangen, padahal itu tradisi yang baik. Tradisi di mana orang yang akan memetik hasil di sawah yang merupakan Rezeki dari Allah SWT perlu lebih dahulu melakukan sedekah berupa makanan kepada tetangga di lingkungannya,” kata Kadus Wahyudi Awan, Sabtu (04/03/2023).
Wahyudi menyampaikan, pelaksanaan acara Mimiti setelah mendapat persetujuan warga dan Pendes. Sebelumnya, rencana itu sudah disampaikan pada rapat Musyawarah Dusun (Musdus).
Sekretaris Desa Sidakangen, Suhadi mengatakan, pagelaran tradisi Mimiti berlangsung khususnya di Dusun 1, Desa Sidakangen. Pelakunya adalah warga dusun 1 yang tergabung dalam Kelompok Tani (Gapoktan) Sangga Ngudi Makmur dan Ngudi Karya.
“Mimiti ini oleh warga Dusun 1, utamanya petani yang tergabung di Gapoktan Ngudi Makmur dan Ngudi Karya,” katanya.
Menurutnya, Mimiti ini semacam ucapan rasa syukur atas nikmat rizki dari Allah SWT dengan adanya panen padi. Jadi menurutnya sangat penting untuk dilaksanakan lagi. Tujuannya agar apa bisa menjaga keseimbangan alam. Apa yang sudah diberikan patut adanya bentuk terima kasih.
“Bukan pada hal hal yang lain, atau negatif, kita perlu ambil pesan moralnya saja, terima kasih atas apa yang kita dapatkan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Sidakangen, Wagimin mengapresiasi kegiatan warganya yang secara serentak mengadakan ritual Mimiti menjelang panen raya di desanya.
Mimiti berawal dengan pasang sesaji di tengah sawah berupa bunga telon, nasi tumpeng kecil, kelapa muda, dan kopi jembawuk (kopi tanpa gula). Maksud dari itu adalah sebagai perwujudan rasa hormat terhadap makhluk lain yang berada di sekitar lingkungan dan sawahnya. Kemudian, mengarak sesaji dengan bacaan selawat Nabi Muhammad SAW. Malam hatinya, berlanjut dengan acara tahlil.
Setelah acara tahlil selesai, warga dan para petani memotong tumpeng dan makan bersama-sama.