SERAYUNEWS— Terjadi serangan teroris di dekat ibu kota Rusia, Moskow. Menurut Komite Investigasi Rusia, lebih dari 100 orang tewas dan 147 lainnya cedera, demikian laporan otoritas setempat pada Jumat waktu setempat (22/3/2024).
Serangan tersebut terjadi di gedung Balai Kota Crocus City Hall yang terletak di Krasnogorsk, sebuah kota di barat ibu kota Rusia.
Penembakan terjadi sebelum grup band rock era Soviet Picnic tampil di hadapan penonton dalam gedung yang berkapasitas 6.200 orang.
Setelah orang-orang bersenjata berhasil melarikan diri dari lokasi kejadian, penegak hukum Rusia berupaya melacak dan menahan mereka.
Dinas Keamanan Federal (FSB) Rusia mengklaim telah menahan 11 orang yang terindikasi terlibat dalam aksi tersebut.
Direktur Dinas Keamanan Federal Alexander Bortnikov seperti melansir dari laman resmi Kremlin, juga telah melaporkan kepada Presiden Vladimir Putin tentang penahanan 11 orang, termasuk 4 teroris yang terlibat langsung dalam penyerangan tersebut.
Dalam pidato yang televisi siarkan, Putin mengatakan keempat pria bersenjata yang ia sebut sebagai pelaku penembakan telah mengalami penangkapan sebelum mereka sempat melintasi perbatasan ke Ukraina
“Keempat pelaku serangan teroris yang menembak dan membunuh orang telah ditahan. Mereka sedang melakukan perjalanan menuju Ukraina di mana, menurut informasi awal, mereka memiliki jendela untuk melintasi perbatasan,” kata pemimpin Kremlin, mengutip dari The Guardian. (23/3/2024).
Putin tidak menuduh secara langsung bahwa Ukraina mendalangi serangan teroris. Ia sebatas menyatakan para pihak yang terlibat mendapat hukuman.
“Siapa pun mereka, siapa pun yang mengirim mereka (akan dihukum),” kata Putin.
Ukraina langsung membantah tuduhan pihaknya terlibat serangan teroris. Juru bicara intelijen militer Ukraina, Andriy Yusov menyebut tuduhan Putin dan intelijen Rusia sebagai kebohongan.
“Ukraina jelas tidak teribat dalam serangan teror ini. Ukraina mempertahankan kedaulatannya dari penjajah Rusia, membebaskan wilayah sendiri dan berjuang melawan tentara penjajah dan target-target militer, bukan warga sipil,” kata Yusov, mengutip dari Al Jazeera.
Menurut data intelijen Amerika Serikat, cabang dari kelompok ISIS yang ada di Afghanistan, yakni ISIS-K, mendalangi serangan itu.
ISIS-K atau Islamic State Khorasan merupakan kelompok militan kelompok militan yang berafiliasi dengan ISIS, muncul di Afghanistan Timur pada 2014.
Khorasan berasal dari sebutan lama untuk wilayah yang mencakup sebagian Iran, Turkmenistan, dan Afghanistan.
Mengutip dari reuters.com, pada Sabtu (23/3), para ahli mengatakan kelompok militian ini sering mengecam Presiden Putin sejak beberapa tahun belakangan.
Michael Kugelman dari Wilson Center yang berbasis di Washington menyebutkan bahwa ISIS-K memandang Rusia sebagai penindas umat Islam.
Melansir dari timesofindia.indiatimes.com pada Sabtu (23/3), alasan ISIS-K menargetkan Rusia karena terdapat intervensi militer Presiden Rusia Vladimir Putin di Timur Tengah, khususnya di Suriah.
Putin mengirim pasukan Rusia ke Suriah dalam rangka dukungan pada rezim Presiden Suriah Bashar Assad. Secara eksplisit, itu bertujuan untuk memerangi ISIS dan kelompok ekstremis lainnya.
ISIS-K dengan sejarah serangan, termasuk terhadap masjid, di dalam dan di luar Afghanistan ini sebenarnya sudah tercium oleh intelijen AS jika akan menyerang Rusia.
Mengutip New York Times, Amerika Serikat mengumpulkan informasi intelijen pada bulan Maret bahwa ISIS-K, telah merencanakan serangan terhadap Moskow. Seorang pejabat AS mengatakan bahwa anggota ISIS telah aktif di Rusia.
Kedubes AS di Rusia ternyata telah memberi peringatan terkait potensi serangan teroris termasuk penembakan oleh ISIS-K. Kedubes AS menyampaikan peringatan tersebut pada 8 Maret 2024.
Setidaknya, nypost merilis informasi itu. Menurut laporan nypost, Kedutaan Besar AS di Rusia mengeluarkan peringatan mendesak adanya serangan teroris yang akan segera terjadi di Moskow. Peringatan itu hanya beberapa jam setelah ISIS digagalkan dalam rencana pembantaian di sebuah sinagoga.
“Kedutaan Besar memantau laporan bahwa para ekstremis mempunyai rencana menargetkan pertemuan besar di Moskow, termasuk konser, dan warga AS sebaiknya menghindari pertemuan besar selama 48 jam ke depan,” kata kedutaan di situs webnya.*** (O.Gozali)