Cilacap, serayunews.com
Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Cilacap, Teguh Wardoyo mengatakan, secara normal saat ini memasuki musim kemarau, tetapi masih banyak terjadi hujan. Dari pantauan pada hari ini tercatat 41 mm, atau hujan sedang.
“Normalnya memang sudah musim kemarau, namun masih sering terjadi hujan,” katanya kepada serayunews.com, Kamis (14/7/2022).
Ia menyebutkan, ada beberapa penyebab terjadinya fenomena ini, atau yang mengakibatkan mundurnya musim kemarau tahun ini. Menurutnya, bila dari faktor cuaca lokal, terlihat adanya kelembaban relatif tinggi. Situasi itu didukung dengan nilai indeks labilitas lokal yang kuat mendukung proses konvektif di wilayah Jawa Tengah.
“Saat ini terpantau Dipole Mode Indek (DMI) bernilai negatif (-1.14). Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut–atmosfer di Samudera Hindia yang penghitungannya berdasarkan perbedaan nilai (selisih) suhu permukaan laut, antara pantai timur Afrika dengan pantai barat Sumatera,” tuturnya.
Perbedaaan nilai anomali suhu permukaan laut itulah yang bernama Dipole Mode Indeks (DMI). Jika DMI positif umumnya berdampak pada berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat. Sedangkan, DMI negatif berdampak pada meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat. Adapun DMI normal, ketika nilainya + 0,4.
“Dengan Dipole Mode Indek (DMI) saat ini bernilai negatif (-1.14), berarti suplai uap air dari wilayah Samudra Hindia ke wilayah Indonesia bagian barat signifikan. Sehingga berdampak terhadap terjadinya hujan,” tuturnya.
Selain itu, adanya SST anomali sekitar Laut Jawa +1.0 s/d +3.0 °C, yang berarti ada potensi penguapan di daerah sekitar Laut Jawa. Oleh sebab itu, musim kemarau saat ini bersifat diatas normal, serta berpotensi mengalami kemunduran. Seperti contoh di Cilacap dan sekitarnya, sampai dengan Bulan Juli ini masih terjadi hujan, sehingga musim kemarau mundur dari normalnya.
“Musim kemarau prediksinya baru akan terjadi sekitar Agustus mendatang,” jelasnya. (Irfan)