SERAYUNEWS – Penanggalan Hijriyah adalah sistem kalender yang digunakan oleh umat Islam di seluruh dunia.
Kalender ini didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi dan memiliki 12 bulan dalam satu tahun, dengan total 354 atau 355 hari.
Setiap bulan dalam kalender Hijriyah memiliki nama, makna, dan sejarah yang unik. Artikel ini akan membahas nama-nama bulan dalam penanggalan Hijriyah beserta penjelasannya.
Kalender Hijriyah mulai digunakan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab RA, sekitar tahun 638 Masehi.
Penanggalan ini dimulai dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah, yang terjadi pada tahun 622 Masehi.
Berikut adalah 12 nama bulan dalam penanggalan Hijriyah, lengkap dengan maknanya:
Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriyah. Nama ini berasal dari kata haram yang berarti “diharamkan”.
Bulan ini dianggap suci, dan umat Islam dilarang berperang pada bulan ini. Terdapat juga amalan puasa sunnah, seperti puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram.
Safar berarti “kosong” atau “kuning”. Pada masa Arab Jahiliyah, bulan ini sering dikaitkan dengan kehampaan karena orang-orang Arab biasanya meninggalkan rumah untuk bepergian atau berperang.
Rabiul Awal berarti “musim semi pertama”. Bulan ini sangat istimewa bagi umat Islam karena pada bulan inilah Nabi Muhammad SAW lahir dan wafat.
Rabiul Akhir berarti “musim semi kedua”. Nama ini merujuk pada kelanjutan musim semi yang terjadi di Jazirah Arab pada masa penamaan bulan.
Jumadil Awal berarti “musim kering pertama”. Bulan ini dinamakan demikian karena pada saat itu, Jazirah Arab memasuki musim kering.
Jumadil Akhir berarti “musim kering kedua”. Bulan ini melanjutkan musim kering yang terjadi setelah Jumadil Awal.
Rajab berarti “menghormati”. Bulan ini termasuk salah satu bulan suci (Asyhurul Hurum) di mana umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan menghindari konflik.
Sya’ban berarti “berpencar”. Bulan ini dinamakan demikian karena pada masa Jahiliyah, orang-orang Arab berpencar untuk mencari air.
Dalam Islam, bulan ini dianjurkan untuk memperbanyak puasa sunnah sebagai persiapan menyambut bulan Ramadhan.
Ramadhan adalah bulan yang paling mulia dalam kalender Hijriyah. Kata ramadhan berasal dari kata ramadh yang berarti “panas yang membakar”.
Pada bulan ini, umat Islam diwajibkan berpuasa, memperbanyak ibadah, dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
Syawal berarti “peningkatan”. Bulan ini dimulai dengan hari raya Idul Fitri, momen kemenangan bagi umat Islam setelah menjalankan puasa Ramadhan.
Umat juga dianjurkan untuk berpuasa sunnah enam hari di bulan ini, dikenal sebagai Puasa Syawal.
Dzulqa’dah berarti “beristirahat”. Bulan ini termasuk dalam Asyhurul Hurum di mana perang dilarang.
Orang-orang Arab pada masa Jahiliyah menggunakan bulan ini untuk beristirahat dari kegiatan perang atau perjalanan.
Dzulhijjah berarti “bulan haji”. Bulan ini adalah puncak dari ibadah haji, dengan pelaksanaan wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah dan hari raya Idul Adha pada tanggal 10 Dzulhijjah.
Berbeda dengan kalender Masehi yang berbasis matahari, kalender Hijriyah mengikuti siklus bulan, sehingga lebih pendek sekitar 10–12 hari.
Setiap bulan Hijriyah memiliki makna dan momentum ibadah yang mengingatkan umat Islam pada sejarah dan ajaran agama.
Kalender Hijriyah menjadi patokan utama dalam menentukan waktu ibadah, seperti puasa Ramadhan, hari raya, dan haji.
Nama-nama bulan dalam kalender Hijriyah tidak hanya memiliki makna historis, tetapi juga nilai spiritual yang mendalam.
Dengan memahami makna setiap bulan, umat Islam dapat lebih menghargai dan memaksimalkan ibadah sesuai momen-momen penting dalam penanggalan Islam.
***