
SERAYUNEWS- CEO Nvidia, Jensen Huang, kembali menarik perhatian publik setelah memberikan pujian tinggi kepada Huawei di tengah persaingan panas industri chip global.
Dalam sebuah forum teknologi di Amerika Serikat, Huang menyebut Huawei sebagai salah satu perusahaan teknologi paling kuat di dunia bahkan lebih besar dalam banyak aspek dibanding Nvidia.
Berdasarkan acara di Center for Strategic and International Studies (CSIS), Serayunews merangkum informasi berikut ini :
Huang mengungkapkan bagaimana ia melihat perkembangan Huawei dalam perlombaan teknologi AI dan komputasi modern.
Menurutnya, Huawei tidak hanya unggul dari segi skala perusahaan, tetapi juga memiliki visi yang jauh ke depan dalam pengembangan chip AI, sistem perangkat lunak, hingga teknologi kendaraan otonom.
Huang bahkan menegaskan bahwa siapa pun yang pernah meneliti produk Huawei secara mendalam akan memahami besarnya inovasi yang mereka hasilkan.
Dalam sesi tanya jawab, media menyinggung apakah Huawei dianggap sebagai ancaman utama bagi Nvidia. Huang menanggapi dengan tegas: Huawei adalah kompetitor kuat, namun tetap perusahaan yang layak dihormati.
Ia menegaskan bahwa kompetisi teknis bukanlah peperangan, melainkan arena yang mempercepat inovasi global.
“Kami tetap bersaing, namun itu tidak menghilangkan rasa hormat. Dunia ini luas, dan saya berharap persaingan kami berlangsung lama,” ujar Jensen Huang.
Meski Nvidia kini menjadi perusahaan teknologi dengan valuasi tertinggi di dunia, Huang mengaku tidak pernah merasa aman. Dalam podcast The Joe Rogan Experience, ia blak-blakan mengaku bahwa ketakutan akan kegagalan selalu membayanginya.
Ia bekerja 7 hari seminggu, bangun sejak pukul 4 pagi, dan tak pernah benar-benar berlibur even saat Thanksgiving maupun Natal.
Huang menyebut bahwa rasa cemas dan ketidakpastian itulah yang mendorongnya tetap fokus.
Ketakutan itu tidak muncul begitu saja. Huang pernah mengalami masa ketika Nvidia hampir gulung tikar pada pertengahan 1990-an.
Teknologi grafis pertama Nvidia gagal total saat mereka mengerjakan chip untuk Sega. Dengan dana hampir habis, Huang terbang ke Jepang untuk mengakui kegagalan tersebut.
Namun, keajaiban terjadi: Sega mengubah sisa pembayaran menjadi investasi sebesar 5 juta dolar AS yang akhirnya menyelamatkan Nvidia.
Kisah itu menjadi fondasi mentalitas selalu waspada yang ia pegang selama 33 tahun.
Menariknya, dua anak Jensen, Madison dan Spencer, mengikuti jejak sang ayah dengan bekerja di Nvidia. Keduanya memulai dari posisi magang, bukan mendapat jabatan tinggi secara instan meski merupakan anak CEO sekaligus miliarder.
Langkah ini menegaskan bahwa budaya kerja keras adalah nilai yang dijaga kuat oleh keluarga Huang.
Kisah perjalanan Jensen Huang dan pandangannya terhadap Huawei menjadi gambaran menarik tentang ketatnya persaingan teknologi global. Di balik inovasi besar Nvidia, terdapat rasa takut, ketekunan, dan mentalitas tidak mudah puas yang justru menjadi sumber kekuatannya.
Sementara itu, Huawei terus memperkuat posisinya sebagai pesaing yang disegani berkat inovasi teknologi yang agresif.
Kombinasi kekaguman, rivalitas, dan kerja keras ini menunjukkan bahwa dunia teknologi tidak hanya bergerak oleh kecerdasan, tetapi juga oleh ketahanan mental para pemimpinnya.
Dari dua raksasa ini, kita belajar bahwa inovasi hanya lahir dari kompetisi dan komitmen tanpa henti.