SERAYUNEWS – Obesitas pada anak-anak tetap menjadi isu kesehatan di Indonesia. Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, sekitar 10,8% anak yang berumur 5–12 tahun digolongkan sebagai gemuk dan 9,2% mengalami obesitas. Ini berarti 1 dari 5 anak di kelompok usia tersebut mengalami kelebihan berat badan.
Keadaan obesitas ini ditandai dengan akumulasi lemak tubuh yang berlebihan, yang dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan dalam jangka panjang.
Orang tua harus dapat mengenali tanda-tanda obesitas sejak dini agar bisa mencegah dan menangani masalah ini dengan baik.
Obesitas pada anak memiliki berbagai tanda yang terlihat, yang termasuk perubahan fisik dan perilaku. Tanda fisik yang umum adalah bentuk wajah yang bulat, pipi yang tembam, dan adanya lipatan di dagu.
Selain itu, leher anak bisa tampak lebih pendek, perut buncit dengan lipatan, serta dada yang lebih besar pada anak laki-laki. Sementara itu, pada anak perempuan, bisa muncul pembesaran payudara lebih awal.
Anak yang mengalami obesitas sering kali memiliki bentuk tungkai menyerupai huruf ‘X’, kesulitan dalam menggerakkan pinggul, serta paha dan perut yang berlemak dan berlipat.
Mereka juga dapat mengalami kesulitan bernapas ketika beraktivitas atau masalah pernapasan saat tidur.
Masalah pernapasan seperti asma dan sleep apnea sering dialami oleh anak-anak obesitas, mengganggu kualitas tidur mereka.
Kelebihan berat badan juga memberi tekanan lebih pada tulang dan sendi yang sedang berkembang, meningkatkan risiko radang sendi, patah tulang, dan masalah pertumbuhan tulang seperti SCFE. Ini dapat menyebabkan rasa sakit dan kekakuan di pinggul dan kaki.
Obesitas juga dapat memicu masalah hati, seperti penyakit hati berlemak, serta tingkat kolesterol tinggi akibat pola makan buruk.
Pada anak perempuan, obesitas dapat menyebabkan pubertas lebih awal dan meningkatkan risiko pertumbuhan kista ovarium. Anak-anak obesitas juga lebih rentan terhadap hernia.
Untuk mengelola obesitas pada anak, mulailah dengan berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli gizi.
Mereka akan menilai kondisi anak, menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT), mengidentifikasi masalah medis, dan membuat rencana perawatan yang sesuai.
Pola makan yang seimbang dan teratur sangat penting. Sediakan makanan bergizi yang sesuai dengan usia dan tingkat aktivitas anak.
Dorong makan tiga kali sehari dengan satu atau dua camilan sehat, seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan yogurt rendah lemak, sambil membatasi makanan cepat saji, minuman manis, dan camilan berkalori tinggi.
Tingkatkan asupan serat dan air dengan memasukkan banyak buah dan sayuran (setidaknya lima porsi setiap hari) dan mendorong konsumsi air.
Anak-anak harus melakukan setidaknya 60 menit aktivitas fisik setiap hari, yang dapat mencakup latihan terstruktur seperti berenang dan bersepeda, serta aktivitas tidak terstruktur seperti bermain di luar ruangan.
Batasi waktu layar dan libatkan anak-anak dalam aktivitas fisik yang menyenangkan untuk meningkatkan motivasi. Contohnya termasuk bersepeda, bermain di taman, berenang, bermain bola, aerobik, berjalan, dan menari.