SERAYUNEWS– Tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat pedesaan tercatat lebih rendah dari pada masyarakat perkotaan. Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Purwokerto, Riwin Mihardi mengaku, terus berupaya agar masyarakat di pedesaan makin melek literasi keuangan.
Menurutnya, banyak hal perlu terus digencarkan perihal literasi keuangan, kepada masyarakat di wilayah Karesidenan Banyumas, khususnya wilayah pedesaan. Hal ini agar masyarakat tidak menjadi korban pihak-pihak tidak bertanggung jawab.
Berdasarkan data hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022, tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat pedesaan adalah 48,43 persen dan 82,69 persen. Angka ini masih berada di bawah data wilayah perkotaan, yakni mencapai 50,52 persen dan 86,73 persen.
Riwin menjelaskan, masih rendahnya literasi dan inklusi keuangan masyarakat pedesaan, menjadi salah satu faktor pendorong adanya program Desa Ekosistem Keuangan Inklusif. Ini untuk melakukan perluasan inklusi keuangan masyarakat terutama di pedesaan.
Hal ini juga untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian ekonomi desa. Tak hanya OJK Purwokerto, industri jasa keuangan, baik bank maupun non bank di wilayah Karesidenan Banyumas, turut dilibatkan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.
“Bukan hanya perbankan, kita mengajak seluruh industri jasa keuangan. Ada perbankan, non bank, ada asuransi, ada pegadaian, ada PNM, leasing dan lainnya. Kita mengeroyok ke pedesaan untuk memberikan literasi keuangan kepada warga desa agar semakin melek keuangan,” bebernya, baru-baru ini.
Seperti halnya suksesnya gelaran Festival Budaya Desa Ekosistem Keuangan Inklusif di Desa Pekunden Kecamatan Banyumas, Jawa Tengah, baru-baru ini. Desa Pekunden ini bakal menjadi pilot project bagi desa-desa lain, agar ke depan semakin melek keuangan.