SERAYUNEWS- Tupperware, merek yang dikenal luas sebagai produsen wadah penyimpanan makanan berbahan plastik, secara resmi mengakhiri operasinya di Indonesia.
Setelah hadir selama 33 tahun, perusahaan asal Amerika Serikat ini mengumumkan penutupan bisnisnya di Indonesia yang efektif berlaku mulai 31 Januari 2025.
Dalam pernyataan resminya, Tupperware Brands Corporation menyampaikan bahwa penghentian aktivitas ini merupakan bagian dari strategi global perusahaan yang juga mencakup penutupan operasional di sejumlah negara lain.
Earl Silas Tupper, seorang ahli kimia kelahiran tahun 1907, merupakan pendiri sekaligus pemilik awal perusahaan Tupperware.
Di usia 21 tahun, ia mulai bekerja di perusahaan berbasis inovasi dan terlibat dalam berbagai penelitian.
Melalui proses riset tersebut, Tupper berhasil mengembangkan cara untuk memurnikan limbah biji hitam polyethylenebahan utama plastik menjadi plastik lentur, kuat, tidak berminyak, transparan, ringan, aman, serta bebas bau.
Pada tahun 1938, ia mendirikan perusahaannya sendiri dengan nama Earl S. Tupper Company. Dari perusahaan ini, ia mematenkan produk plastik pertamanya yang diberi nama Poly-T.
Beberapa tahun kemudian, Tupper mendapat inspirasi untuk menciptakan wadah makanan kedap udara berbahan plastik, menyerupai kaleng cat.
Ia meyakini bahwa inovasi ini dapat membantu keluarga di Amerika mengurangi pemborosan makanan dan menghemat pengeluaran.
Gagasan tersebut akhirnya terwujud pada tahun 1946 melalui peluncuran produk Wonderlier Bowl dan Bell Tumbler di bawah merek Tupperware.
Produk ini langsung mendapat sambutan positif di pasar, terutama karena saat itu banyak keluarga di Amerika Serikat sedang berusaha menghemat pasca Perang Dunia II.
Saat ini, kepemilikan Tupperware telah berubah menjadi bentuk saham, yang berarti perusahaan ini kini dimiliki oleh berbagai individu dan entitas.
Penutupan ini merupakan bagian dari proses restrukturisasi perusahaan induknya, Tupperware Brands Corporation yang berbasis di Amerika Serikat.
Langkah ini merupakan respons terhadap krisis keuangan berkepanjangan yang telah membebani perusahaan selama beberapa tahun terakhir.
Pada September 2024, Tupperware Brands sempat mengajukan permohonan perlindungan dari kebangkrutan.
Meskipun berhasil menghindari kebangkrutan total, situasi keuangan perusahaan terus memburuk.
Penurunan penjualan secara global serta meningkatnya persaingan dari produsen lain yang menawarkan produk serupa dengan harga lebih kompetitif, membuat posisi Tupperware di pasar semakin terpinggirkan.
Masalah lain adalah kegagalan perusahaan dalam menarik minat konsumen muda.
Produk-produk yang dulunya revolusioner kini ketinggalan zaman bagi generasi milenial dan Gen Z, hingga mereka cenderung memilih peralatan rumah tangga modern, multifungsi, dan estetik.
Penutupan Tupperware tak sekadar menandai berakhirnya perjalanan sebuah perusahaan, melainkan juga mencerminkan pergeseran besar dalam lanskap bisnis masa kini.
Dari simbol inovasi menjadi pelajaran tentang pentingnya beradaptasi, kisah Tupperware akan terus terkenang dalam sejarah industri rumah tangga dunia.***