Purbalingga, serayunews.com
Kondisi itu terdeteksi setelah sejumlah mahasiswa Unsoed Purwokerto bekerja sama dengan BPBD Purbalingga. Kerja sama itu melalui program Mahasiswa Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Di Kabupaten Purbalingga ada 1.085 orang meninggal akibat Covid-19. Lebih dari 200 anak yang menjadi yatim-piatu. Jumlah yang meninggal secara terperinci, ibu 45 persen, 50 persen ayah, dan 5 persen ayah-ibu.
Usia anak paling banyak di rentang 11-15 tahun, yakni SMA/SMK 27 persen, belum sekolah 2 persen, SD 40 persen dan SMP 31persen.
“Orangtua yang meninggal dominasi masih usia produktif. Ayah dominan meninggal di rentang usia 39-48 tahun (38 persen), sedangkan ibu di rentang usia 35-44 tahun (61 persen). Jadi banyak ibu-ibu muda yang meninggal,” kata Tyas Retno Wulan, selaku dosen pembimbing, saat pemaparan kepada Pemkab Purbalingga di Ruang Kerja Bupati, Selasa (19/07/2022).
Efek lain pada anak-anak yakni sedih, kesepian, merasa kehilangan, mudah emosi, dan selalu teringat sosok orangtua. Solusi yang mereka pecahkan sendiri, yakni dengan bermain bersama teman, beribadah/doa, ziarah, berpikir positif, nonton/dengarkan musik dan lainnya.
Kondisi itu menjadi problematika anak-anak yang kehilangan orangtua, akibat pandemi Covid-19. Retno mengajak mahasiswanya untuk melakukan riset tentang Model Perlindungan Anak Korban Pandemi Covid-19, Berbasis Pengarusutaman Gender dan Kearifan Lokal.
“Rencanannya kami lakukan riset ini dua tahun. Tahun pertama ini akan mengidentifikasi problematika. Kemudian memetakan kebijakan stakeholder yang mungkin nanti bisa berjejaring. Di tahun kedua nanti, kita bikin model perlindungan kepada anak korban Covid-19 Berbasis Pengarusutaman Gender dan Kearifan Lokal,” kata Tyas Retno.
Riset juga mengupas soal perekonomian, ketika masyarakat kehilangan pekerjaan karena pandemi. Soal penerimaan bantuan, setidaknya sudah dianggap bisa sedikit meringankan.
Dari hasil riset tersebut, Fisip Unsoed memberikan sejumlah saran kepada Pemkab Purbalingga. Di antaranya, perlu adanya pendampingan sosial, psikologi maupun ekonomi kepada anak-anak. Adanya pendataan menyeluruh di semua desa terkait anak korban Covid-19. Sinergi antar lembaga dan pemangku kepentingan untuk membantu pemulihan kondisi sosial ekonomi anak, juga perlu dilakukan.
“Selanjutnya perlu menyusun kebijakan perlindungan anak korban Covid-19 berbasis pengarusutamaan gender dan kearifan lokal,” katanya.
Sementara itu, Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekda Kabupaten Purbalingga, R Imam Wahyudi, mengucapkan terima kasih atas riset Fisip Unsoed terkait problematika anak korban pandemi Covid-19 di Purbalingga.
Program atau hasil dari kegiatan MBKM ini, menjadi suatu referensi yang sangat bermanfaat dalam rangka merumuskan suatu kebijakan, kemudian membuat suatu kegiatan dan mengalokasikan anggaran.
Sebagai langkah awal, Ia meminta kepada Dinsos untuk melakukan pendataan secara lengkap dan sistematis terkait anak-anak korban Covid-19 di Purbalingga ini.
“Hasil penelitian ini, nanti bisa ada pembahasan secara khusus untuk tindaklanjutnya,” katanya.