SERAYUNEWS– Angka kasus HIV/AIDS di Kabupaten Cilacap kembali menjadi perhatian serius. Data Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes PPKB) mencatat hingga Agustus 2025 sudah ada 1.080 pasien HIV/AIDS, dengan penambahan 128 kasus baru sepanjang tahun ini. Lonjakan kasus tersebut didominasi oleh kelompok usia produktif.
Ketua Tim Kerja Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Langsung (P2PL) Imunisasi dan Kebencanaan Dinkes PPKB Cilacap, Hutomo Eko Prasetyo, mengungkapkan bahwa mayoritas kasus baru ditemukan pada rentang usia 20 hingga 49 tahun.
“Dari 128 kasus baru yang kami temukan tahun ini, mayoritas penderitanya adalah usia produktif, yaitu sebanyak 99 orang,” ujarnya, Rabu (10/9/2025).
Ia menambahkan, kasus juga tercatat pada kelompok usia lain. Sebanyak 14 orang berusia di atas 50 tahun, sementara 14 kasus lainnya ditemukan pada kelompok remaja 15–19 tahun. Yang lebih mengkhawatirkan, terdapat satu kasus HIV yang menjangkit balita.
Dengan begitu, program pengobatan HIV/AIDS, harus dijalani seumur hidup untuk menekan perkembangan virus dan mencegah penularan. Ia pun mengimbau masyarakat untuk lebih peduli terhadap pencegahan.
Sementara itu, Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Cilacap, Sarjono, menyebut, untuk menekan laju penularan, KPA juga aktif melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah, khususnya tingkat SMA, serta menggandeng perusahaan hingga tempat hiburan malam untuk mengedukasi masyarakat mengenai risiko penularan. “Yang sudah diedukasi banyak yang sadar mau ditangani, baik lewat puskesmas maupun rumah sakit,” ujarnya.
Sarjono menegaskan, faktor perilaku masih menjadi penyumbang terbesar penularan HIV/AIDS, terutama melalui hubungan seksual berisiko. Karena itu, kesadaran individu sangat menentukan. “Penyakit perilaku sosial, sebetulnya kalau sudah tahu dan sadar akan pencegahan dari diri sendiri, maka risiko bisa ditekan,” pungkasnya.
Berdasarkan data kumulatif, sejak kasus pertama kali ditemukan di Cilacap hingga kini, jumlah totalnya telah menembus ribuan kasus. Angka ini menjadi alarm penting bahwa upaya pencegahan, edukasi, dan perubahan perilaku harus terus digalakkan secara konsisten.