SERAYUNEWS-Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Kabupaten Purbalingga mengikuti pelatihan dan pendampingan Redesain Kemasan Produk. Kegiatan dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Kabupaten Purbalingga bekerja sama dengan Balai Pelatihan SDM Metrologi, Mutu dan Jasa Perdagangan (BPMJP) Kementerian Perdagangan RI serta Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Kepala Dinperindag Purbalingga, Johan Arifin, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Pelatihan Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) bagi UMKM yang sebelumnya telah dilaksanakan. “Dari Universitas Pendidikan Indonesia hadir tenaga-tenaga ahli di bidang kemasan yang akan memberikan bimbingan secara personal kepada pelaku UMKM untuk mendesain produk mereka,” ujar Johan, di sela-sela kegiatan yang digelar di di Aula UPTD Pengembangan Industri Logam (Pilog), Kamis (9/10/2025).
Ia menambahkan, sebanyak 25 pelaku UMKM mengikuti pendampingan tersebut. Mereka dipilih berdasarkan keseriusan dalam mengembangkan usaha, seperti telah memiliki izin PIRT, sertifikat halal, dan komitmen untuk mengelola produknya secara profesional.
“Harapannya, setelah kegiatan ini, branding dan kemasan produk mereka menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan omzet. Dengan kemasan dan branding yang menarik, tentu minat konsumen akan meningkat,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Gugus Kendali Mutu Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) UPI, Nanang Ganda Prawira, menyampaikan bahwa pendampingan akan dilakukan oleh dosen dan mahasiswa DKV UPI sepanjang satu semester.
“Kami datang hari ini untuk memulai pendampingan. Selanjutnya, konsultasi desain akan berlanjut secara hybrid, baik melalui pertemuan langsung maupun daring, tergantung kesepakatan antara pelaku usaha dan mahasiswa kami,” tuturnya.
Nanang menekankan pentingnya adaptasi terhadap perkembangan digital dalam dunia usaha. “Pada era digitalisasi seperti sekarang, pelaku usaha perlu mempelajari pengetahuan kontemporer dan beradaptasi dengan teknologi yang ada,” katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari penerapan metode project-based learning di kampus, di mana mahasiswa belajar melalui proyek nyata yang berdampak langsung bagi masyarakat. “Mahasiswa kami tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga turun langsung ke lapangan, berhadapan dengan klien, dan merasakan bagaimana hasil karyanya bermanfaat bagi masyarakat. Laboratorium sesungguhnya itu ada di masyarakat, bukan di ruang kelas,” ungkap Nanang.
Menurutnya, kolaborasi antara pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan pelaku usaha merupakan langkah strategis dalam memperkuat ekosistem industri kreatif di daerah. “Kami memproduksi calon-calon desainer, dan banyak alumni kami yang sudah memiliki perusahaan sendiri. Karena itu, kolaborasi seperti ini penting untuk terus dikembangkan secara sinergis,” imbuhnya.