SERAYUNEWS– Merebaknya penyakit mulut dan kuku atau PMK pada hewan ternak seperti sapi dan kambing di Desa Kasinoman Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara menjadi perhatian dari Perhimpunan Kedoktera Digital Terintegrasi Indonesia (Predigti).
Ketua Umum Perhimpunan Kedokteran Digital Terintegrasi Indonesia (Predigti), dr. Agus Ujianto Msi. Med. SpB memberikan penjelasannya. Dia mengatakan, penyakit mulut dan kuku (PMK) merupakan penyakit yang disebabkan virus tipe A dari keluarga Picornaviridae, genus Apthovirus yakni Aphtaee epizootecae. Maka virus ini bisa dilawan dengan antivirus yang berarti adanya vaksin dan juga penambahan imunitas berupa pakan khusus.
“Masa inkubasi dari penyakit 1-14 hari yakni masa sejak hewan tertular penyakit hingga timbul gejala penyakit. Virus ini dapat bertahan lama di lingkungan dan bertahan hidup pada tulang, kelenjar, susu, serta produk susu,” katanya.
Maka hewan yang kena PMK mutlak dibuat kegiatan berjemur, olahraga, dan mandi sebagaimana manusia, kandangnya harus bersih dan lain lain. Tentunya seperti merawat manusia sakit , juga harus melakukan kegiatan upaya kesehatan hewan seperti juga manusia sebagai mahluk hidup, apalagi jika hewan tersebut mempunyai nilai ekonomi.
Angka kesakitan ini bisa mencapai 100% dan angka kematian tinggi ada pada hewan muda. Biasanya penyakit itu terjadi pada musim musim hujan yang lembab atau perubahan cuaca ekstrem.
– Kontak langsung(antara hewan yang tertular dengan hewan rentan melalui droplet, leleran hidung, serpihan kulit.
– Sisa makanan/sampah yang terkontaminasi produk hewan seperti daging dan tulang dari hewan tertular.
– Kontak tidak langsung melalui vektor hidup yakni terbawa oleh manusia. Manusia bisa membawa virus ini melalui sepatu, tangan, tenggorokan, atau pakaian yang terkontaminasi.
– Kontak tidak langsung melalui bukan vektor hidup (terbawa mobil angkutan, peralatan, alas kandang dll.)
– Tersebar melalui udara, angin, daerah beriklim khusus (mencapai 60 km di darat dan 300 km di laut)
– Terdapat demam (pireksia) hingga mencapai 41°C dan seterusnya
– Mengalami anoreksia (tidak nafsu makan)
– Penurunan produksi susu yang drastis pada sapi perah selama 2-3 hari
– Keluar air liur berlebihan (hipersativasi)
– Air liur terlihat menggantung, air liur berbusa di lantai kandang.
– Pembengkakan kelenjar submandibular.
– Hewan lebih sering berbaring
– Luka pada kuku dan kukunya lepas.
– Menggeretakan gigi, menggosokkan mulut, leleran mulut, suka menendangkan kaki.
– Terjadi komplikasi berupa erosi pada lidah dan superinfeksi dari lesi, mastitis dan penurunan produksi susu permanen,
– Mengalami myocarditis dan abotus kematian pada hewan muda,
– Kehilangan berat badan permanen, kehilangan kendali panas.
– Lesi kurang terlihat, atau lesi pada kaki bisa juga tidak terlihat.
– Lesi / lepuh pada sekitar gigi domba
– Kematian pada hewan muda.
– Keluar air liur berlebihan (hipersativasi) nah hypersalivasi atau ngiler ini sudah tanda, maka segeralah buat protokol masing masing, jika peternak berpengalaman dia akan segera melakukan langkah langkah prevensi agar upaya tidak jatuh ke upaya kuratif.
Jika daging hewan ini dikonsumsi maka sebaiknya dimasak dengan suhu tinggi dan jangan dimakan mentah. Sebab, virus hewan juga sekarang mudah bermutasi dan mengenai manusia.