SERAYUNEWS– Harakah al-Muqāwamah al-Islāmiyyah atau Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) kembali menjadi tren di dunia, selepas kejadian tewasnya Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh. Ia meninggal akibat serangan rudal di kediaman Ismail Haniyeh, Teheran, Iran.
Di Palestina terdapat dua kubu yang memiliki tujuan sama, berjuang untuk kemerdekaan Palestina, yaitu Hamas dan Fatah Namun, keduanya memiliki sejumlah perbedaan mendasar.
Hamas dan Fatah menjadi dua kelompok paling berpengaruh di ranah politik Palestina. Masing-masing memiliki cara tersendiri dalam memperjuangkan negaranya, terutama dari penindasan Israel.
Mengapa Hamas dimusuhi dan dicap teroris, sedangkan Fatah tidak? Berikut ini penjelasan singkat perbedaan antara Hamas dan Al-Taḥrīr al-Waṭanī L-filasṭīnī (Fatah).
Ulama Palestina, Syeikh Ahmad Yasin, mendirikan Hamas pada tahun 1987 dengan ideologi Islam. Sementara itu, Yasser Arafat mendirikan Fatah pada tahun 1965 dan berideologi sekuler.
Hampir mayoritas warga Gaza dan Hamas berakidah Ahlus Sunnah dan bermazab Syafi’iyah, tidak ada Syiah di Gaza. Ini yang jarang orang ketahui, masyoritas rakyat Gaza malu anaknya tidak hafal Al-Quran, dan salah satu syarat masuk Al-Qassam, sayap militer Hamas, harusnya penghafal Al-Quruan.
Setelah Perang Arab-Israel 1967, Fatah menjadi partai dominan di Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Fatah dan PLO lebih moderat dan memilih bernegosiasi dengan penjajah Israel. Berbeda dengan Hamas, banyak tokoh-tokohnya dibunuh dan beri cap teroris oleh Israel dan Barat.
Pada 1990-an, Fatah yang memimpin PLO resmi menanggalkan senjata dan mendukung Resolusi 242 Dewan Keamanan PBB.
Mereka menyerukan untuk membangun negara Palestina di perbatasan 1967 (Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Gaza berdampingan dengan Israel. Justru sejak inilah banyak tanah Palestina berpindah dan dicaplok Israil.
PLO juga menandatangani Kesepakatan Oslo yang mengarah pada pembentukan Otoritas Nasional Palestina atau orang kenal Otoritas Palestina saat ini.
Tahun 2007, Fatah ikut sepakat Solusi Dua Negara yang hingga saat ini rakyat Palestina sendiri tidak menerimanya. Jika mereka menyebut kemerdekaan Palestina, itu maksudnya Gaza dan Tepi Barat untuk orang -orang Arab (asli), sedang wilayah lain boleh untuk orang-orang Yahudi pandatang yang statusnya adalah penjajah.
Masyarakat menyukai dan mempercayai Hamas. Sementara itu, Israel dan AS lebih memilih Fatah karena lebih menguntungkan Israel.
Kekuatan Fatah melemah saat Arafat meninggal dunia pada 2004 lalu. Mahmoud Abbas menggantikannya pada tahun yang sama. Fatah menjasi terpecah belah.
Dukungan mayoritas warga Palestina juga mulai beralih. Fatah mengalami masalah internal seperti dugaan korupsi dan inkompeten. Fatah juga sudah tak lagi angkat senjata melawan Israel.
Pada 2006 Fatah kalah pemilu, Hamas berhasil merebut kekuasaan. Abbas lantas nekat membatalkan masa jabatan yang harusnya berakhir pada Januari 2008.
Akibat tindakan Abbas, kekuasaan Otoritas Palestina semakin terbatas. Mereka hanya memerintah di Tepi Barat.
Kemudian, di Jalur Gaza kekuasaan mereka tak mendapat pengakuan. Kelompok Hamas menguasai penuh wilayah itu.***(Kalinya Zaman).