SERAYUNEWS– Perjuangan menentang keras praktik sunat perempuan atau Female Genital Mutilation (FGM) di dunia, tak bisa lepas dari sosok Nawal El Saadawi. Ia meninggal dunia tahun 2021 pada usia 89 tahun.
Nawal adalah seorang dokter, feminis, dan penulis Mesir, negeri yang memang terkenal sebagai salah satu wilayah yang masih kerap menerapkan sunat perempuan.
Pemikiran Nawal dan karya-karya terkenal kontroversial. Di negara sendiri, Nawal harus menghadapi perlakuan kasar dari pemerintah yang menentang karya-karyanya.
Ia bahkan sempat masuk penjara. Kendati demikian, ini tidak membuat Nawal menyerah untuk berjuang.
Dalam buku, “The Hidden Face of Eve” (terbit di Indonesia dengan judul “Perempuan dalam Budaya Patriarki”), ia menceritakan pengalamannya menjalani prosedur sunat perempuan yang menyakitkan itu di lantai kamar mandi. Sementara itu, sang ibu berdiri di sampingnya.
Nawal mendekonstruksi sistem kelas patriarki dengan menunjukkan sisi gelapnya. Lebih jauh lagi, ia mengaku sewaktu kecil sudah mengalami pengkhitanan klitoris di bagian kemaluan. Ia pun harus merasakan sakit seperti terbakar di sekujur tubuhnya.
Lewat observasi dan penelitiannya, Nawal mengungkapkan fakta bahwa di daerah pedesaan Mesir, khitan dilakukan bukan oleh dokter yang ahli di bidangnya. Namun, dukun yang melakukan, hingga sering kali mengakibatkan infeksi pada kelamin anak perempuan.
Lebih lanjut, Nawal El Saadawi mengatakan bahwa sunat perempuan bukanlah berasal dari agama Islam yang harus kita pertahankan. Namun, ini merupakan suatu budaya yang terus-menerus dipertahankan oleh warisan nenek moyang yang tidak bisa dihilangkan.
Tradisi sunat perempuan di Mesir pada khususnya dan dunia pada umumnya menurut Nawal bukanlah berasal dari budaya Islam.
Namun, ini warisan dari Yahudi yang kalangan umat Islam yakini sebagai warisan dari Islam dan anjuran agama. Padahal, tidak ada ayat Al-Qur’an atau hadis Nabi yang menyuruh mengkhitan perempuan.
Akhirnya, Mesir resmi melarang sunat perempuan pada tahun 2008, tetapi praktik tersebut masih berlanjut. El Saadawi terus mengutuknya sampai akhir hayat. ***(Kalingga Zaman)