BerandaNewsPermintaan Tinggi tapi Produksi Kopi Gunung Malang Belum Stabil

Permintaan Tinggi tapi Produksi Kopi Gunung Malang Belum Stabil

Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi bersama petani kopi Gunung Malang, saat memetik kopi di kebun kopi, Minggu (26/07/2020) pagi.

Purbalingga, serayunews.com – Dusun Gunung Malang, Desa Serang memiliki potensi pertanian yang bagus. Selain sayur, kopi juga menjadi komoditas yang sudah menunjukan kualitasnya. Hanya saja, produksi kopi arabica di lereng Gunung Slamet itu belum stabil.

Trias Adi Pramono dari komunitas pegiat kopi ‘Ruang Kopi Purbalingga’ mengatakan Kopi Arabica Gunung Malang sudah memiliki kelas di kalangan pecinta kopi. Tidak hanya di lokal Purbalingga, tapi juga luar daerah. Dia yang juga suplaier kopi, sering mendapat permintaan kopi Gunung Malang.

“Bisa diterima di pasaran bahkan sudah terkenal di tengah-tengah para pecinta kopi. Banyak kedai yang menyediakan kopi arabica Gunung Malang dan laris,” kata Pram, ditemui di kebun kopi Gunung Malang, Minggu (26/07/2020) pagi.

Hanya saja, lanjut Pram, permintaan pasar kadang tak bisa dicukupi, lantaran produksinya yang belum stabil. Padahal, jika produksi bisa lebih tinggi dan stabil, komoditas itu sangat potensi untuk pendapatan para petaninya.

“Cuma produksinya belum stabil. Kalau lagi ada ya ada, tapi kalau lagi ngga ada bisa sampai berbulan bulan. Kopi disini (Gunung Malang, red) kualitas sudah bagus. Kalau untuk mengenalkan kopi ini lebih luas, diharapkan pegiat Kopi Gunung Malang bisa ikut serta dalam Festival Kopi Nusantara,” kata dia.

Suyatno Karsum, salah satu petani kopi setempat, mengakui bahwa masih terjadi ketidakstabilan produksi. Permintaan pasar yang tinggi, tidak sebanding dengan jumlah produksi. Satu diantara faktornya adalah keterbatasan lahan.

“Jumlah pohonnya yang masih terbatas, kami sih berharap bisa memperluas lahan dan jumlah tanam,” kata Karsum.

Dia menjelaskan, di dusun Gunung Malang ada sekitar 63 ha lahan yang ditanam kopi. Namun itu masih memakai sistem tumpang sari. Jika dihitung jumlah pohonnya, saat ini ada sekitar 37 ribu batang.

“Satu pohon yang sudah produktif stabil, bisa sampai 5 kg sekali petik. Sedangkan petani kopi disini ada sekitar 157 orang,” ujarnya.

Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi hari itu ikut serta dalam petik kopi di kebun. Dia sangat antusias memanen, sembari bercengkrama dengan para petani. Disela-sela aktifitas itu dia pun mendengarkan curhatan dari para petani.

“Saya sudah berbincang-bincang dengan Pak Karsum, mempelajari kendala dan permasalahan yang ada di sini yang memang beberapa waktu lalu ada sedikit masalah antara Lembaga Masyarakat Desa dan Hutan (LMDH) dengan Perhutani. Permasalahan tersebut sudah terselesaikan,” kata Tiwi.

Menanggapi keluh kesah petani kopi, Tiwi menyampaikan akan berupaya mencari solusi. Diantaranya adalah bantuan bibit kopi kepada para petani Gunung Malang. Ia berharap petani kopi di Purbalingga ke depan bisa produksi lebih banyak dan bisa meningkatkan kesejahteraan.

“Ini sangat potensi, jadi harus kita dukung. Kalau bisa nantinya juga bisa menjadi wisata edukasi, karena perkebunannya juga memiliki pemandangan yang bagus,” ujarnya. (Amin)

Terkait