Kabupaten Banyumas merupakan kabupaten yang unggul di sektor industri dan pertanian. Industri yang berkembang pesat di Kabupaten Banyumas adalah industri pengolahan dengan memanfaatkan hasil pertanian dan perkebunan, salah satunya yaitu komoditas kelapa yang menghasilkan produk gula kelapa. Dengan adanya sektor industri pengolahan gula kelapa dapat membantu masyarakat untuk mandiri dan kreatif mengembangkan potensi yang ada di Kabupaten Banyumas dengan membuka lapangan pekerjaan sendiri.
Data menyebutkan bahwa Kabupaten Banyumas memiliki empat wilayah industri gula kelapa yang tersebar di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Cilongok, Karanglewas, Gumelar dan Sumpiuh. Kecamatan Cilongok adalah lokasi sentra pembuatan gula kelapa, karena merupakan penghasil gula kelapa terbesar di Kabupaten Banyumas. Dari beberapa kecamatan yang memproduksi gula kelapa tersebut, Kecamatan Cilongok menempati urutan pertama wilayah industri gula kelapa. Saat ini, produksi gula kelapa yang dihasilkan oleh para petani pengrajin gula kelapa di Kecamatan Cilongok tidak hanya dikenal dalam lingkup lokal saja, namun juga dikancah nasional. Bahkan, volume produksi gula kelapa di Banyumas ini menjadi produksi gula kelapa terbesar di Jawa Tengah karena mampu memproduksi sebanyak lebih dari 170 Ton setiap harinya.
Gula kelapa, atau yang lebih dikenal dengan gula merah atau gula jawa, adalah hasil olahan yang berasal dari nira kelapa dan memiliki rasa dan aroma yang khas. Sejalan dengan jumlah produksi gula kelapa di Banyumas, maka wajar saja jika gula merah Banyumas cukup dikenal di kancah nasional. Salah satu alasan mengapa gula dari Kota Satria ini cukup dikenal karena manfaatnya. Gula kelapa dapat digunakan sebagai pemanis dan pewarna dalam pembuatan roti, kopi, hingga sebagai campuran untuk bahan masakan rumah tangga. Selain dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan makanan dalam skala rumah tangga, gula kelapa dapat juga digunakan untuk bahan baku industri seperti di pabrik kecap, nopia khas banyumas dan industri dodol serta jenang.
Sejalan dengan kemajuan teknologi dan pola konsumsi masyarakat, dewasa ini produksi gula kelapa tidak hanya terbatas pada gula kelapa cetak dan cair saja, tetapi sudah mulai berkembang dalam bentuk gula kelapa kristal (gula semut). Gula semut adalah gula kelapa berbentuk bubuk yang dapat dibuat dari nira palma, yaitu suatu larutan gula cetak palmae yang telah dilebur kembali dengan penambahan air pada konsentrasi tertentu. Kualitas gula semut yang dihasilkan sangat ditentukan oleh bahan baku utamanya yaitu gula kelapa.
Pemilik UD. Sari Manggar desa Cilongok, Pak Nawin Anwar Sodikin, mengatakan bahwa produk gula semut mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan gula kelapa cetak dan cair. “Gula semut itu daya simpannya lebih panjang. Gula semut kering dari oven itu bisa bertahan hingga 3 tahun tanpa perubahan warna dan rasa jika dibungkus dengan pembungkus kedap udara. Lalu, praktis dalam penyajian, mudah dikemas dan dibawa. Terakhir, kebutuhan gula semut di pasar itu tinggi, baik di pasar lokal hingga mancanegara,” pungkasnya.
Setelah kita mengetahui apa itu gula kelapa dan gula semut beserta kemampuan produksi gula kelapa dalam kabupaten Banyumas, alangkah baiknya kita juga mengetahui bagaimana cara pembuatan gula semut organik. Langkah pertama, siapkan gula merah yang akan dilelehkan. Setelah dilelehkan, gula tersebut dimasak kembali lalu disaring. Setelah disaring, dimasak kembali lalu diaduk perlahan kurang lebih 10 menit hingga menggumpal. Pengadukan diulangi dengan cepat menggunakan pengaduk kayu untuk mendapatkan bentuk butiran kristal yang halus. Gula kristal yang sudah halus lalu dimasukkan ke dalam mesin untuk diayak dengan ukuran 16 Mesh. Setelah itu, gula kristal dikemas menggunakan kantong plastik kedap udara.
Pada saat proses pembuatan gula semut, terdapat beberapa persyaratan khusus yang harus dilakukan agar kualitas gula semut organik tetap terjaga. Persyaratan tersebut diantaranya adalah:
Pertama, produksi gula kelapa menggunakan peralatan yang berstandar food grade. Misalnya, pongkor harus terbuat dari bambu dan menggunakan saringan dan ayakan yang terbuat dari stainlessteell. Kedua, pupuk yang digunakan adalah pupuk organiknya dan sebaiknya dibuat sendiri oleh petani agar bisa mengontrol sendiri pupuk tersebut. Ketiga, laru atau larutan pengawet nira yang digunakan harus alami yang terbuat dari tatal nangka, cangkang kulit manggis dan kapur sirih. Keempat, nipah atau pepes yang digunakan ketika memasak gula itu menggunakan minyak kelapa atau kelapa yang di parut kemudian di ambil santannya. Hal itu dilakukan untuk menanggulangi penguapan saat nira telah mendidih. Kelima, kondisi dapur harus benar-benar bersih dari bahan kimia yang berbahaya dan ada jaminan dari petani tersebut.
Demikian penjelasan tentang proses produksi gula semut organik. Semoga dengan adanya artikel ini, pembaca dapat mengerti tentang seluk beluk pembuatan gula semut organik beserta manfaatnya. Terimakasih!