Persaingan dalam industry distribusi dewasa ini semakin ketat, apalagi dengan banyaknya bermunculan distributor-distributor baru dari berbagai macam bentuk usaha hadir membawa ide-ide baru yang membuat persaingan semakin ketat.
Salah satu alasan mengapa distribustor bersaing yaitu dikarenakan ingin menyediakan produk yang tepat bagi konsumen di waktu yang tepat, dan dalam biaya ekonomis. Jika distributor dapat mewujudkan itu semua maka umur dari usaha tersebut pun bisa dipastikan akan lebih panjang dan konsumen otomatis akan lebih setia.
Rantai pasokan atau supply chain merupakan suatu konsep dimana terdapat system pengaturan yang berkaitan dengan aliran produk, aliran informasi maupun aliran keuangan. Rantai pasok dapat didefinisikan sebagai sekumpulan aktifitas (dalam bentuk entitas/fasilitas) yang terlibat dalam proses transformasi dan distribusi barang mulai dari bahan baku paling awal dari alam sampai produk jadi pada konsumen akhir.
Ada 3 macam hal yang harus dikelola dalam supply chain yaitu :
Pertama, aliran barang dari hulu ke hilir contohnya bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik, setelah produksi selesai dikirim ke distributor, pengecer, kemudian ke pemakai akhir.
Kedua, aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu,
Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya.
Secara umum penerapan konsep Supply Chain Management dalam perusahaan akan memberikan manfaat yaitu kepuasan pelanggan yang akan menciptakan kesetiaan pelanggan, meningkatkan pendapatan tercipta dari kesetiaan pelanggan yang terus menuerus mengkonsumsi produk kita, menurunnya biaya salah satunya lahir dari proses distribusi yang terintegrasi, pemanfaatan asset yang semakin tinggi, peningkatan laba, dan perusahaan semakin besar.
Dilihat dari manfaatnya dapat kita simpulkan betapa pentingnya rantai pasok dalam aliran distribusi pada sebuah usaha. Bayangkan saja jika raantai pasok tidak ada, atau rantai pasok yang dijalankan tidak berjalan dengan semestinya. Jika itu terjadi maka pasti akan banyak biaya-biaya tambahan yang akan dibebankan pada produk yang nantinya akan ditanggung oleh konsumen.
Bagaimana Rantai Pasok pada Industri Ayam Broiler?
Meningkatnya konsumsi daging ayam broiler membuat kenaikan pada industri ayam broiler itu sendiri. Produksi daging ayam broiler pada tahun 2018 sebesar 3,4 juta ton atau memberikan sumbangsih sebesar 71,34% dari produksi daging nasional (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2019). Kondisi ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha ternak ayam broiler memiliki potensi yang cukup besar jika pengelolaan peternakan dapat dilakukan dengan baik, salah satunya melalui dukungan penerapan prinsip rantai pasokan yang tepat (Saptana dan Daryanto 2012).
Rantai pasokan pada industri ayam broiler terdiri dari tiga rangkaian produk yang satu sama lain saling berhubungan secara vertikal dari industri hulu hingga hilir, yaitu bibit, pakan, dan produk daging broiler. Industri ini juga memiliki kegiatan penunjang berupa produksi obat-obatan, peralatan peternakan, pengolahan hasil, dan pemasaran produk ayam broiler (Saptana dan Daryanto 2012). Rantai pasok ayam broiler secara umum meliputi:
pertama bahan baku diperoleh pada perusahaan, kemudian masuk pada peternakan yang di ternak selama 28 hari – 35 hari, dan dijual kepada pengusaha daging ayam potong melalui agen perusahaan, setelah dari pengusaha daging ayam potong selanjutnya di distribusikan ke pasar, rumah makan dan atau ke konsumen langsung yang membeli kepada pengusaha daging ayam potong.
Setelah mengetahui bagaimana rantai pasok, untuk memaksimalkan kerja rantai pasok tersebut maka harus ada pengawasan dari berbagai pihak yang ada dalam rantai pasok industry ayam broiler agar produk dapat sampai pada tangan konsumen dengan kualitas daging ayam yang baik dan harga yang sesuai. Selain itu peran pemerintah sangat diperlukan dalam menjaga kestabilan harga jual ayam dan pengawasan kegiatan pendistribusi daging ayam, sehingga pada akhirnya peternak sebagai produsen dan konsumen tidak akan merasa dirugikan.