Gandrungmangu, serayunews.com
Kepala Desa Karanggintung Turmono menyebut, tanah gerak di wilayahnya mulai dirasakan warga sejak tanggal 05 November 2021 lalu, setelah desanya diguyur hujan lebat. Adapun tanah gerak yang mengancam permukiman warga, berada di RT 03 RW 01 Dusun Pagergunung, berjarak sekitar 1,5 KM dari kantor desa.
“Dulu pernah bergerak, karena musim kemarau mulai tenang kemudia musim hujan gerak lagi. Sebagian warga mengungsi di SD 06 Desa Karanggintung berjarak sekitar 400 meter dari lokasi rumah warga yang terdampak tanah gerak,” ujar Turmono saat dihubungi, Kamis (11/11/2021).
Turmono menyebut, tanah gerak yang terjadi di satu RT tersebut lokasinya memanjang dan berada di dataran rendah. Bencana dilokasi yang sama ini sudah terjadi kali keduanya, dimana sebelumnya pernah terjadi pada bulan Mei 2021 lalu. Bahkan di tahun sebelumnya juga terjadi di lokasi titik yang berbeda berada di dataran tinggi.
Akibat dari tanah gerak ini, sebanyak 23 rumah terdampak dan 9 rumah dilaporkan rusak berat. Sebagian besar kerusakan rumah terjadi retak pada dinding dan atap, hingga ada sebagian dinding yang roboh. Selain itu retakan juga terjadi pada lantai hingga membuat lantai mengelupas.
Menurutnya, kondisi ini dikeluhkan warga, mereka takut rumah yang ditempatinya ambruk, sehingga sebagian harus mengungsi, namun sebagian lain memilih bertahan dengan alasan menjaga harta bendanya. Sedikitnya ada sebanyak 57 jiwa terdampak, namun hanya 23 jiwa dari 12 KK hingga kini masih menempati pengungsian, mulai dari anak-anak, orang dewasa dan lansia.
“Aktivitas biasa tidak terganggu, sebagian besar berprofesi sebagai petani, waktu siang cari nafkah, malam ada sebagian yang kembali ke pengungsian. Kalau kondisi rumahnya dianggap masih kuat ya di rumah,” ujarnya.
Untuk pemenuhan logistik bagi warga terdampak, petugas sudah mendirikan dapur umum untuk pemenuhan kebutuhan makanan setiap harinya. Sementara itu, upaya dari pemerintah rencannaya akan membuatkan hunian sementara (Huntara) tetapi masih belum jelas.
“Sementara belum direlokasi, karena masih menunggu kajian dari Geologi Bandung,” ujarnya.