Kawunganten, serayunews.com
Usaha bonsai yang dirintis oleh Muhibin, pemuda Desa Grugu ini berawal dari banyaknya pohon pangang liar yang ada di desanya, kemudian ia memanfaatkan dengan dijadikan sebagai bonsai. Agar daun bonsai yang dihasilkan lebih menarik, ia menyilangnya dengan dengan daun legend, daun mikro dan konfakta. Penyilangan dilakukan dengan cara okulasi atau menempel batang daun muda.
Meski pada situasi pandemi Covid-19 pohon bonsainya masih diminati oleh konsumen dari sejumlah daerah. Omsetnya pun cukup menjanjikan yakni hingga puluhan juta rupiah dalam satu bulan. Namun dengan adanya pembatasan dimasa pandemi ini berpengaruh terhadap omset penjualan.
“Pendapatan satu bulan sekitar Rp 25 juta hingga Rp 30 juta, adanya pandemi juga berpengaruh terhadap penjualan, kadang bos dari Jakarta mau kesini tidak bisa karena pandemi,” ujar Muhibin.
Pohon bonsai pangganh yang diproduksi Muhibin dari berbagai ukuran, mulai dari ukuran kecil, sedang hingga besar, dengan harga dibanderol mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 15 juta, tergantung dari ukuran dan nilai seni dari tanaman itu sendiri.
Usaha budidaya bonsai panggang yang dirintisnya sejak 10 tahun lalu ini telah dipasarkan ke berbagai kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Yogyakarta. Tak hanya itu, Muhibin juga melestarikan pohon panggang dengan menanamnya kembali di alam liar berbagai lokasi, agar kelestarian pohon panggang tetap terjaga khususnya di daerahnya asal Kawunganten tersebut.