SERAYUNEWS – Jika Hugo Boss kondang urusan fashion dan mode, untuk mobil mewah kita mengenal ada BMW (Bayerische Motoren Werke). Namun, ada sejarah kelam yang harus digendong oleh dua merek simbol kemewahan ini.
Hugo Ferdinand Boss adalah anggota Partai Nazi. Usahanya bangkit ketika ia masuk ke Partai Nazi yang saat itu sedang naik daun di bawah komando Adolf Hitler.
Situs History of Yesterday menyebut Hugo Boss menjadi pemasok seragam bagi partai sosialis itu sejak 1924. Namun, secara resmi mereka jadi pemasok pada 1928-1929.
Perusahaan itu membuat seragam untuk Schutzstaffel (SS), Hitlerjügend (Pemuda Hitler), Sturmabteilung, Nationalsozialistisches Kraftfahrkorps (Divisi Bermotor Nazi), dan lain sebagainya.
Sejarawan mencatat bahwa akibat kebanjiran order, Hugo Boss sempat melibatkan sekitar 40 tawanan dan 150 budak untuk membuat seragam-seragam bagi Nazi.
Sementara itu, pada 16 Maret 1916, pabrik BMW pertama berdiri di Jerman. Kala itu, BMW aktif membuat mesin untuk pesawat terbang. BMW saat itu dikendalikan oleh pengusaha Gunther Quandt dan anaknya, Herbert Quandt.
Kebetulan, Gunther adalah salah satu orang kepercayaan Adolf Hitler. Saat Hitler terpilih sebagai pemimpin Jerman, pabrik BMW pimpinan Gunther mempekerjakan sekitar 50 ribu tawanan perang yang berasal dari beberapa kamp konsentrasi.
Melnsir dari Nypost, BMW menjadi pabrikan pemasok suku cadang sepeda motor dan pesawat terbang milik tentara Nazi. Dalam pembuatannya, pabrikan asal Munich tersebut juga mendapat keistimewaan dari otoritas berwenang menggunakan budak tahanan Nazi.
Pada 2011, Hugo Boss telah resmi memberikan maaf. Mereka juga mengakui bahwa Hugo Ferdinand Boss merupakan loyalis Nazi.
“Jelas bahwa Hugo F Boss tidak hanya bergabung ke partai karena membawa kontrak produksi seragam, tetapi juga ia adalah pengikuti Sosialisme Nasional,” jelas penulis ekonomi sejarah Roman Koester dari Bundeswehr University di Munich, mengutip BBC.
Permintaan maaf dan pengakuan itu ada di sebuah buku terbitan pihak perusahaan.
Selain itu, melalui situsnya, Hugo Boss juga sudah mengungkapkan, “Penyesalan mendalam kepada mereka yang menderita rasa sakit atau beban di pabrik yang dikendalikan Hugo Ferdinand Boss di bawah pemerintahan Sosialis Nasional.”
Setelah perang selesai, Hugo F. Boss menjalani sidang dan membayar denda karena terlibat di struktur Nazi. Ia lantas meninggal pada 1948, tiga tahun setelah perang berakhir.
Sedangkan BMW, tepat pada perayaan ulang tahun ke-100 pada 2016 lalu menyatakan penyesalannya secara mendalam karena kesalahannya di masa lampau. Tenaga kerja yang merupakan para tahanan merasakan penderitaan yang sangat besar.
Begitulah sejarah, memaafkan bukan berarti melupakan. Memaafkan dalam arti menjadikan sejarah tersebut sebagai ibrah, menepi untuk memahami bukan untuk melahirkan dendam kembali.*** (O Gozali)