SERAYUNEWS- Mahasiswa KKN Universitas Islam Negeri Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto kembali menunjukkan kepedulian dan kreativitasnya terhadap masyarakat desa.
Kali ini, mahasiswa Kelompok 50 KKN Desa Randegan Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, berhasil menginisiasi program pelatihan pembuatan teh kulit salak.
Produk ini tak hanya sehat, tetapi juga bernilai ekonomi tinggi alias cuan. Pelatihan ini berlangsung di TK Pertiwi Pelita Randegan, Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara.
Kegiatan tersebut melibatkan Kelompok Wanita Tani (KWT) desa setempat. Hal ini sebagai bentuk kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat dalam mengelola potensi lokal desa yang selama ini kurang termanfaatkan.
Lalu bagaimana teknis pembuatannya, simak ulasan selengkapnya.
Menurut Farid Nur Abdullah, Koordinator Kelompok 50 KKN UIN SAIZU, latar belakang program ini karena potensi besar buah salak yang melimpah di Desa Randegan.
Namun sayangnya, selama ini kulit salak hanya warga anggap sebagai limbah. Padahal, jika terkelola dengan baik, kulit salak dapat mereka olah menjadi teh herbal yang tidak hanya menyehatkan, tapi juga berpotensi menjadi produk unggulan desa.
“Kami ingin membuka mata masyarakat bahwa yang selama ini dianggap sampah ternyata bisa bernilai jual. Lewat pelatihan ini, ibu-ibu bisa belajar cara mengolahnya menjadi teh yang sehat dan bisa dijual,” jelas Farid, Rabu (6/8/2025).
Pemateri pelatihan, Arini ‘Inayaturrohmah, menjelaskan secara mendalam tentang kandungan dan khasiat teh kulit salak.
Ia menyebut, kulit salak mengandung senyawa fitokimia aktif seperti flavonoid, tanin, dan polifenol, yang memiliki efek antidiabetes, antioksidan, dan antiinflamasi.
“Biasanya kita cuma makan daging buahnya, padahal kulit salaknya jauh lebih kaya manfaat. Kita bisa olah jadi teh herbal yang bisa bantu turunkan gula darah dan kolesterol,” ujarnya.
Hal ini diperkuat oleh penelitian ilmiah dari:
Ribatul, N.D., dkk. (2023) yang menunjukkan bahwa teh kulit salak dapat menurunkan kadar gula darah mencit hingga 40,94 persen dalam 3 hari, setelah diinduksi diabetes menggunakan aloksan.
Akbar, M. et al. (2025) yang membuktikan bahwa ekstrak kulit salak membantu menurunkan obesitas dan kolesterol saat dikombinasikan dengan pola makan rendah karbohidrat.
Proses pembuatan teh kulit salak ternyata cukup mudah dan bisa diterapkan di rumah. Berikut langkah-langkahnya:
1. Pemisahan Kulit dan Pemotongan: Kulit salak dipisahkan dari buah, dipotong kecil.
2. Penjemuran: Dijemur selama 2–3 hari di bawah sinar matahari hingga kering.
3. Penyangraian: Disangrai selama 5–7 menit agar aromanya keluar dan kadar air berkurang.
4. Penghalusan: Setelah garing, kulit salak dihaluskan dan dikemas dalam kantong teh celup.
5. Penyajian: Bisa diseduh langsung atau ditambahkan gula aren, gula pasir, atau madu sesuai selera.
Ketua KWT Randegan, Siti, mengaku antusias dengan terobosan itu. Menurutnya, rasa teh kulit salak cukup khas dan cocok di lidah ibu-ibu desa.
“Ada rasa sepet-sepetnya yang bikin unik, bisa ditambah gula biar lebih enak. Pokoknya cocok banget buat kita,” ujarnya.
Program ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Wida, Sekretaris Desa Randegan, berharap teh kulit salak bisa menjadi produk unggulan desa dan membuka peluang ekonomi baru bagi ibu-ibu.
“Alhamdulillah rasanya aman dan enak. Harapannya nanti bisa dikembangkan lebih lanjut, dikasih kemasan bagus, ada sertifikat halal, dan bisa dijual. Siapa tahu bisa jadi cuan buat ibu-ibu di sini,” katanya.
Pelatihan ini tidak hanya bertujuan menciptakan produk herbal sehat, tetapi juga mendorong masyarakat untuk lebih kreatif, mandiri, dan peduli terhadap lingkungan.
Pemanfaatan limbah kulit salak menjadi teh herbal adalah contoh nyata ekonomi sirkular yang mengurangi limbah sekaligus meningkatkan kesejahteraan.
Dengan dukungan dari warga dan potensi pengembangan yang masih terbuka luas, teh kulit salak dari Desa Randegan berpotensi menjadi ikon produk unggulan lokal yang berdaya saing tinggi di tingkat pasar yang lebih luas.