Cilacap, serayunews.com
Berdasarkan data dan informasi dari BPBD Cilacap, sejumlah titik longsor terjadi di wilayah dataran tinggi Cilacap bagian barat, seperti longsor menimpa rumah warga di Desa Palugon dan Desa Tambaksari Kecamatan Wanareja, kemudian Desa Sampinghayu Kecamatan Dayeuhluhur.
Selain itu, longsor juga menutup akses Jalan Kabupaten, Jalan Seuket-Caringin (Dusun Gunung Geulis, Dusun Kubangreja) Desa Tambaksari Kecamatan Wanareja Cilacap.
Analis Kebencanaan BPBD Kabupaten Cilacap Gatot Arief Widodo mengatakan, adapun wilayah rawan longsor di Cilacap, berdasar pemetaan secara umum, mulai dari Karangpucung hingga Dayeuhluhur di sisi utara jalan, kemudian Jeruklegi ke barat wilayah Kawunganten sebelah utara, Bantarsari, Gandrungmangu dan Sidareja sebelah utara.
“Sejumlah titik longsor ada di wilayah Perhutani, saya melihatnya ada perubahan tata guna lahan mendadak frontal tiba-tiba, itu berada di lahan tata guna lahan yang berubah, semula yang tutupannya rapat sekarang terbuka pasti akan muncul longsor,” ujarnya saat dihubungi, Senin (12/9/2022).
Menurutnya, longsor yang terjadi di wilayah perhutani disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya terkait dengan lahan yang gundul.
“Kami setiap rakor sudah disampaikan ke Perhutani, pertama terkait dengan penjadwalan penebangan agar tidak mendekati musim hujan, kemudian diimbangi dengan vegetasinya, misalnya dengan tanaman yang cepat tumbuh,” ujarnya.
Sedangkan untuk rumah warga yang tertimpa material longsor, pihaknya menilai tata letak bangunan yang terlalu dekat dengan dinding tanah yang miring, namun tidak diperkuat dengan turap atau tanggul yang kuat sehingga luapan air dan lumpur menjadikan tanah rawan longsor.
“Kita sudah sampaikan kepada lurah/kepala desa dan masyarakat dalam sosialisasinya, agar memperhatikan tata letak bangunan, namun karena lahan yang dimiliki masyarakat terbatas, jadi kita tidak bisa berbuat banyak,” ujarnya.
Untuk menhadapi musim penghujan ini, BPBD juga mengimbau agar memangkas atau menebang pohon di sekitar rumah yang rawan roboh. Dan untuk wilayah yang rawan banjir agar melapor jika ada tanggul sungai/irigasi yang kritis.
Adapun titik rawan banjir di Cilacap yang sebelumnya terjadi di antaranya seperti di Majenang, Sidareja, Jeruklegi, Kroya, dan Nusawungu, yang disebabkan tanggul jebol.
“Pengalaman banjir sebelumnya akibat luapan Sungai Ijo di wilayah Nusawungu dan Tipar di wilayah Buntu Kroya, menurutnya, sampai saat sekarang belum ada laporan perbaikannya, yang kewenangannya ada di BBWS Serayu Opak dan PSDA Provinsi Jawa Tengah, tetapi kalau jebol kita yang kena,” ujarnya.
Pihaknya juga mengharapkan kerjasama masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai atau saluran irigasi, soalnya, dari pengalaman sebelumnya, banjir di wilayah Mujur Kroya salah satunya di sebabkan sumbatan aliran sungai setempat, sehingga air meluap ke jalan.
“Diharapkan partisipasi masyarakat untuk tidak membuang sampah di saluran air, baik di daerah irigasi maupun daerah aliran sungai. Jadi kiriman banjir di wilayah Buntu berasal dari Banyumas, karena sampah menyumbat di jembatan dan airnya meluap ke jalan,” tutupnya.