Purwokerto, Serayunews.com- Dengan wancana sekolah daring atau sekolah online di Kabupaten Banyumas, orang tua murid merasa terbebani dengan kuota internet yang ada. Pasalnya mereka beranggapan kuota internet per hari lebih malah dari biaya sekolah anaknya sehari-hari. Terlebih lagi dengan kendala sinyal yang tidak stabil.
“Yang jelas kuota memang agak membebani, meskipun sekarang ada operator seluler yang memberikan layanan unlimited,” kata salah satu orang tua murid, Marwoto, Kamis (9/7).
Terlebih lagi menurut Marwoto, terlebih lagi bagi anak yang dari keluarga tidak mampu, seperti tidak memiliki sarana handphone maupun komputer dan laptop.
“Mereka tentunya akan terbebani kuota internet karena belum semua daerah ada wifi gratis. Selain itu masih banyak daerah yang sinyalnya ndlap-ndlup (koneksi tidak stabil, red),” ujarnya.
Hal tersebut menyusul adanya pernyataan dari Bupati Banyumas, Achmad Husein yang mengungkapkan pihaknya telah melakukan rapat internal dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas dan video conference dengan Kepala Sekolah SD dan SMP negeri di seluruh Kabupaten Banyumas, dengan menyepakati tahun ajaran baru 2020-2021 yang dimulai pada tanggal 13 Juli 2020 harus dilakukan secara daring atau online.
“Pertimbangannya masih banyak OTG (Orang Tanpa Gejala, red) di tengah masyarakat, kondisi ekonomi masyarakat atau orang tua siswa juga masih terpurut atau dalam keadaan susah,” kata dia.
Sekolah daring tersebut berlaku untuk Paud, SD dan SMP Negeri se-Kabupaten Banyumas. Sedangkan untuk SMA Negeri, Bupati mengaku sedang berkoordinasi dengan Gubernur Jawa Tengah, lantaran SMA berada dibawah naungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
“Tidak boleh ada pelajaran tatap muka di dalam kelas, sampai dengan pengumunan selanjutnya. Iuran atau pungutan apapun tidak boleh termasuk seragam dan lain-lain. Bilama sudah ada yang terlanjut membayar harus dikembalikan kepada orang tua siswa,” kata dia.