SERAYUNEWS– Seluruh warga Desa Sidaharja, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal sudah lelah menghadapi bencana banjir. Sejak Januari hingga April 2025 ini, sudah sekitar 15 kali desa tersebut dilanda banjir.
Berkali-kali warga mengadu ke pemerintah daerah dan provinsi, hasilnya selalu tidak sesuai dengan ekspetasi.
Keluhan itu mengemuka saat Anggota DPRD Kabupaten Tegal Ragil Tresna Setyoningrum menggelar acara Reses Masa Persidangan II di Desa Sidaharja, Kecamatan Suradadi, Jumat (18/4) siang.
Menurut Ragil, setiap musim hujan, permukiman penduduk di Desa Sidaharja selalu direndam banjir. Banjir berasal dari Sungai Cacaban yang meluap karena mengalami pendangkalan.
Ragil menyebut, banjir melanda tidak hanya saat turun hujan. Beberapa kali Desa Sidaharja juga dilanda banjir meski cuaca terang benderang. Disinyalir, pintu air di Waduk Cacaban Kedungbanteng dibuka, sehingga air mengalir ke hilir yakni di Desa Sidaharja.
Sejauh ini, sudah banyak kerugian yang dialami warga. Baik berupa materi maupun non materi. Mereka bingung harus berbuat apa. Untuk itulah, Ragil berharap pemerintah daerah dapat memberikan solusi terbaik.
Dirinya tak menampik, beberapa tahun lalu, Sungai Cacaban pernah dinormalisasi. Namun tidak dilakukan secara total. Hanya di beberapa titik. Saat ini, Sungai Cacaban juga sudah mulai dangkal.
Dia menyarankan, sebaiknya Sungai Cacaban dinormalisasi mulai dari hulu hingga hilir. Kemudian di bantaran Sungai Cacaban yang berada di Desa Sidaharja juga dibangun talud. Sehingga ketika debit air sungai tinggi, tidak meluap ke rumah penduduk.
Untuk membangun talud itu, pemerintah daerah dapat berkoordinasi dengan pemerintah provinsi karena Sungai Cacaban merupakan kewenangan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Pemali-Comal.
“Bantaran Sungai Cacaban di Desa Sidaharja sudah sangat pendek, ketika debit air tinggi, pasti meluap ke rumah warga. Solusinya harus ditanggul,” tegasnya.
Fajar, salah satu warga Desa Sidaharja mengaku prihatin dengan kondisi desanya. Setiap turun hujan, dipastikan air Sungai Cacaban meluap. Air itu merupakan kiriman dari selatan.
Dia berharap, pemerintah daerah atau provinsi segera membangun talud di bantaran sungai tersebut.
“Misal pemerintah tidak ada anggaran untuk normalisasi, sebaiknya dibangun talud dulu,” ucapnya.