Apel kesiapsiagaan diikuti TNI, Polri, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Pramuka, Orari, dan relawan kebencanaan di Purbalingga. Dandim 0702 Purbalingga Letkol Inf Decky Zulhas yang memimpin apel menyampaikan, memasuki musim hujan ini maka semua elemen harus siap dengan segala kemungkinan.
“Paling tidak, kita sudah melakukan koordinasi, dengan berbagai elemen masyarakat. Peribahasanya sedia payung sebelum hujan. Artinya kita harus mempersiapkan segala kemungkinan, termasuk kemungkinan paling buruk,” kata Letkol Inf Decky, usai apel.
Oleh karena itu, antar stakeholder dan juga semua elemen harus melakukan koordinasi. Sehingga nantinya bisa menjalin komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik, itu sangat mendukung dalam penanganan yang cepat.
“Kita ini tadi ada unsur TNI, Polri, Pemkab, DPRD, BPBD, Pramuka, Orari, dan relawan lainnya. Kita hanya perwakilan-perwakilan saja, karena mengingat masa pandemi,” ujarnya.
Menghadapi musim hujan ini, lanjut Decky, potensi bencana yang terjadi di Purbalingga itu banjir dan longsor. Untuk memudahkan penanganan, maka sedari awal sudah perlu dilakukan pemetaan. Sehingga langkah antisipasinya pun bisa dipersiapkan pula.
“Kita cek peralatan, sarpras pendukung semuanya. Dan penting lagi adalah melakukan pengecekan dan pemetaan kerawanan bencana,” katanya.
Sementara itu, kepala BPBD Purbalingga Imam Fauzi, melalui Kasi Kedaruratan dan logistik, Muksoni menyampaikan, jika melihat data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), setidaknya 66,67 persen wilayah di Kabupaten Purbalingga rawan terjadi pergerakan tanah dan bencana longsor. Pasalnya, topografi di wilayah utara berupa pegunungan dan lembah.
“Wilayah itu meliputi Kecamatan Karangjambu, Karangreja, Bobotsari, Karanganyar, Kertanegara, Karangmoncol dan Rembang,” katanya.
Sedangkan beberapa wilayah rawan longsor dengan skala sedang berada di wilayah Kejobong, Kaligondang dan Bukateja. Selain rawan longsor wilayah Kaligondang, Karangmoncol, Karangjambu, Bukateja, Kemangkon dan Bobosari juga rawan bencana banjir. Total wilayah rawan tanah longsor ada di 13 kecamatan, 65 desa.
Sedangkan untuk wilayah yang potensi banjir, hampir sama persebarannya dengan longsor. Seperti Kecamatan Karangmoncol, Kemangkon, Bobotsari, Karanganyar, Rembang, Purbalingga, Bukateja, Kutasari.
“Harapannya, dengan langkah preventif, ketika ada bencana tanah longsor bisa diminimalkan tingkat kerugiannya,” katanya.