SERAYUNEWS – Fenomena remaja anggota geng motor brutal bersenjata tajam, belakangan cukup jadi sorotan di wilayah eks Karesidenan Banyumas. Beberapa kali mereka terlibat kasus, karena berbuat anarkis dan meresahkan masyarakat.
Ironisnya, rata-rata anggota kelompok geng motor ini berusia remaja. Oktober lalu, Polresta Banyumas menetapkan sejumlah tersangka atas kerusuhan di Alun-alun Banyumas.
Ternyata, para pelaku merupakan geng motor yang pernah ribut di wilayah Sawangan, Purwokerto. Terbaru pada awal Agustus 2023, terjadi pembacokan oleh pengendara sepeda motor kepada pengendara lainnya.
Baca juga: Lakukan pengejaran, Polisi Sudah Kantongi Identitas Anggota Geng Motor Bersenjata di Purbalingga
Pada bulan Juni 2023 lalu, di Cilacap juga ada korban meninggal akibat aksi geng motor. Hilangnya nyawa korban itu, akibat di aniaya oleh anggota geng Motor.
Aksi lain di Cilacap, sekelompok geng motor secara terang-terangan mengacungkan senjata tajam dan terekam kamera CCTV.
Fenomena geng motor ini, juga terjadi di wilayah Kabupaten Purbalingga. Para remaja anggota geng motor, sengaja membuat video di media sosial dengan mengacungkan senjata tajam.
Kurniasih Dwi Purwanti, M.Psi, Psikolog Psikologi RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, memberikan pandangan atas fenomena itu. Keikutsertaan para remaja itu, di pengaruhi beberapa faktor. Pencarian jati diri dan kehangatan suasana di rumah, menjadi faktor pemicunya.
“Biasanya karena keluarganya kurang harmonis, penuh dengan kekerasan juga,” katanya, Rabu (30/08/2023).
Faktor pemicu lainnya, tentu saja tontonan. Situasi lingkungan yang sarat dengan kekerasan (verbal, psikologis, fisik), membuatnya rentan terhadap kekerasan. Apalagi dengan karakteristik remaja, dengan perubahan emosional yang labil.
“Karakteristik remaja, adanya perubahan emosi yang masih meledak-ledak,” katanya.
Usia remaja, merupakan masa bagi seorang anak mencari jati diri. Mereka masih sangat membutuhkan pengakuan, atau penghargaan. Dengan masuk ke suatu kelompok yang menerima mereka, menimbulkan rasa bangga dan lebih berani.
“Ini pencarian jati diri, dengan berkelompok membuatnya menjadi lebih berani. Faktor lain bisa saja karena pengaruh narkoba, miras, dan lainnya,” kata dia.