SERAYUNEWS – Pengelolaan sampah di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah besar, terutama di daerah-daerah padat penduduk seperti Jawa Barat.
Kondisi TPA Sarimukti yang sempat meledak dan pencemaran sungai menjadi bukti nyata bahwa penanganan sampah harus mendapat perhatian serius.
Dalam situasi ini, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengambil langkah strategis dengan menggandeng Ir. Achmad Husein, mantan Bupati Banyumas yang sudah terbukti sukses dalam pengelolaan sampah.
Banyumas dianggap telah membuktikan pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan, sehingga bisa diwujudkan melalui pendekatan komunitas dan teknologi tepat guna.
Salah satu inovasi utama adalah pengadaan hanggar atau Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse and Recycle (TPS3R).
Di setiap hanggar ini, terdapat mesin pemilah sampah manual (bag conveyor) dan mesin pencuci sampah plastik (gibrik), dengan total investasi mencapai Rp1,5 miliar.
Bupati Banyumas, Achmad Husein, menjelaskan bahwa setiap TPS3R harus memenuhi standar luas minimal 1.200 meter persegi agar mampu menampung sampah dengan kapasitas 25-30 dump truck per hari.
Dengan begitu, dibutuhkan sekitar empat unit hanggar agar pengelolaan sampah berjalan optimal. Tidak hanya menjadi pusat pengolahan sampah, TPS3R juga memberikan manfaat ekonomi.
Kelompok Sadaya Masyarakat (KSM) yang mengelola TPS3R memperoleh penghasilan dari penjualan sampah bernilai tinggi seperti plastik kemasan dan botol.
Dalam praktiknya, mereka mampu mendapatkan pendapatan sekitar Rp30 juta per bulan dari pengolahan delapan truk sampah per hari.
Selain itu, pengembangan alat-alat pengolahan juga terus dilakukan, misalnya pemasangan hot extruder dan mesin hidrolik untuk mengolah plastik menjadi produk baru.
Sampah yang tidak bisa didaur ulang dibakar dengan teknologi pirolisis yang ramah lingkungan, sehingga mengurangi dampak negatif pembakaran sampah konvensional.
Melihat keberhasilan Banyumas, Pemerintah Kabupaten Purbalingga pun berniat meniru sistem ini.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Purbalingga, Priyo Satmoko, menyatakan mereka sudah melakukan pemetaan wilayah dan volume sampah sebagai tahap awal.
Hasilnya, mereka merencanakan pembangunan empat pusat daur ulang (PDU/TPST) di wilayahnya untuk mengatasi masalah sampah secara menyeluruh.
Langkah ini mendapat dukungan penuh dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang secara resmi mengajak Achmad Husein untuk berkolaborasi dalam “jihad ekologi” mengatasi persoalan lingkungan.
Dalam unggahan Instagram-nya pada 13 Mei 2025, Dedi menyebut Achmad Husein sebagai “guru” yang hadir untuk membantu menyelesaikan masalah sampah di Jawa Barat.
Dalam visi besarnya, Dedi Mulyadi ingin agar Jawa Barat tidak sekadar mengadopsi ide, tapi benar-benar mempraktikkan solusi yang sudah terbukti efektif di Banyumas. Rencana strategis mereka mencakup:
Menurut Dedi, Achmad Husein tidak hanya akan berperan sebagai konsultan, tetapi juga sebagai mitra kerja aktif yang turun langsung ke lapangan.
Ini menjadi momentum penting bagi Jawa Barat untuk menata ulang sistem pengelolaan sampah dan menjadikannya lebih modern dan berkelanjutan.
Prestasi Achmad Husein di Banyumas bukan tanpa alasan. Ia mengubah paradigma pengelolaan sampah dari sistem TPA besar-besaran yang boros dan berisiko, menjadi sistem desentralisasi dan partisipatif yang berbasis komunitas.
Program TPS3R yang melibatkan warga hingga tingkat RT menjadi salah satu kunci keberhasilan.
Selain itu, gerakan edukasi yang melibatkan sekolah, pesantren, dan komunitas sosial secara masif membangun kesadaran kolektif.
Tak kalah penting, inovasi teknologi insinerator yang dibangun mampu mengurangi volume sampah secara signifikan sekaligus mengatasi limbah berbahaya dengan aman.
Hasilnya, Banyumas mampu mengurangi sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir hingga lebih dari 50%. Ini bukan hanya soal angka, tapi juga dampak nyata berupa lingkungan yang lebih bersih.
Sehingga, masyarakat yang sadar akan pentingnya pengelolaan sampah, dan keberlanjutan sistem yang terus berjalan bahkan setelah masa jabatan Achmad Husein selesai.***